Media pembelajaran yang dibuatnya dan keempat rekannya merupakan media pembelajaran berupa buku, namun di dalamnya terdapat penjelasan mengenai masing-masing jenis alat musik yang saat ini diprioritaskan pada gendang.
Masing-masing jenis gendang memiliki penjelasan berbeda-beda. Penjelasan itu ditulis dalam huruf biasa dan huruf braille. Sebagai pelengkap, Meyralda dan rekannya menambahkan miniatur gendang. Serta pada masing-masing miniatur dilengkapi dengan tombol yang ketika ditekan akan menghasilkan suara sesuai jenis gendang.
"Ini sangat praktis untuk pembelajaran, karena ukurannya tidak terlalu besar dan bisa dibawa kemana-mana. Tak hanya sekedar membaca dari keterangan tulisan braile, anak tunanetra juga tahu visualisasi 4 dimensi dari masing-masing jenis gendang. Juga bisa mendengar langsung suaranya," jelasnya.
Tak hanya sekedar membuat saja, Meyralda menyebut bahwa inovasi tersebut sudah mulai dikenalkan ke beberapa sekolah SMPLB di wilayah Kota Malang. Menurutnya respon dari sekolah-sekolah tersebut sangat baik. Karena media pembelajaran itu mempermudah anak-anak tunanetra untuk mengenal alat musik terutama gendang.
"Responnya baik sekali. Karena anak-anak tunanetra bisa mendapat gambaran yang jelas tentang alat musik gendang. Tidak hanya penjelasan, mereka juga bisa merasakan miniatur gendang dan mendengar suaranya," ungkap dia.