MFC sendiri merupakan sistem yang memanfaatkan prinsip biolektrokimia untuk menghasilkan sumber listrik baru dari bahan alami.
Substrat ampas tebu sendiri dengan bantuan jamur Aspergillus niger dianggap mampu menggantikan Saccharomyces, mikroorganisme yang biasa digunakan dalam proses kerja sistem MFC.
“Kalau menggunakan itu (Saccharomyces, red) biayanya lebih mahal, kalau ampas tebu kan lebih murah,” kata mahasiwa asal Ngawi tersebut.
Arif mengungkapkan bahwa setelah melalui proses pengujian, performa biolistrik yang dihasilkan oleh temuannya ini menunjukkan peningkatan.
Ia meyakini hasil ini membuktikan penggunaan substrat ampas tebu justru lebih unggul dan layak untuk dipertimbangkan dibanding dengan penggunaan mikroorganisme sebelumnya.
Berkat inovasinya tersebut, Arif berhasil menyabet juara ketiga di ajang Environmental Competition 2022 yang diselenggarakan oleh Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB), Agustus lalu.