5. Biola W.R. Supratman
Biola tersebut dibuat oleh Nicolaus Amatus, seorang seniman pengrajin biola di Cremona Italia pada tahun 1600'an.
Biola milik W.R Supratman ini merupakan hadiah dari Willem van Eldik yang dibeli di Makassar pada tahun 1914.
Pada 28 Oktober 1928 biola ini digunakan untuk melantunkan lagu Indonesia Merdeka di depan peserta Kongres Pemuda Kedua di Gedung Kramat 106.
Lagu tersebut kemudian diberi judul Indonesia Raya yang akhirnya menjadi lagu Kebangsaan Indonesia.
Pasca-W.R. Supratman meninggal dunia pada 17 Agustus 1938, biola ini kemudian dirawat oleh kakaknya, Ny. Roekijem Soepratijah.
Pada tahun 1974, ketika Museum Sumpah Pemuda diresmikan, Ny. Roekijem, sebagai wakil keluarga Wage Rudolf Soepratman menyumbangkan biola tersebut untuk disimpan di museum.
6. Patung W.R. Supratman
Dalam pelaksanaan Kongres Pemuda Indonesia Kedua pada 27-28 Oktober 1928, W.R. Supratman terlibat.
Bahkan di kongres tersebut untuk pertama kalinnya ia memperdengarkan lagu Indonesia Raya di depan seluruh peserta sebelum Ikrar Sumpah Pemuda dibacakan.
Namun, setelah Kongres Pemuda Indonesia Kedua, kehidupannya tak lagi tenang karena terus dimata-matai oleh polisi rahasia Belanda karena menggunakan kata 'Merdeka' di dalak lagu karyanya tersebut.
Kondisi kesehatannya juga semakin menurun dan ia meninggal pada 17 Agustus 1938 karena gangguan jantung yang dideritanya.
7. Patung Panitia Kongres 27-28 Oktober 1928
Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan di Weltevreden pada 27-28 Oktober dengan susunan panitia yang terdiri dari:
- Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
- Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
- Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
- Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
- Pembantu I: Djohan Mohammad Tjaja (Jong Islamieten Bond)
- Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia)
- Pembantu III: R. C. L. Senduk (Jong Celebes)
- Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
- Pembantu V: Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi
8. Patung Mohammad Yamin
Mohammad Yamin adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia adalah salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus pencipta imaji Keindonesiaan yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
(Natalia Bulan)