"Itu saat Minggu sore saat mau pulang setelah Ashar. Ada 10 hingga 13 mahasiswa dari 750 mahasiswa, jadi 1 banding 75, tiga diantaranya dievakuasi ke rumah sakit UB," ungkap dia.
Namun ia membantah bila hal itu adalah kejadian kesurupan massal. Mengingat hal ini banyak dipengaruhi pada kondisi lelahnya fisik yang berujung pada berpengaruhnya psikis para mahasiswa.
"Kami istilahkan reaksi konvensi. Itu lebih banyak dipengaruhi kondisi psikologis. Kalau trans di dunia kedokteran orang bilang kesurupan, itu beda mekanisme, ini bukan kesurupan, atau kemasukan jin. Tidak ada kaitannya supranatural, ini ketidakmampuan mengendalikan emosi. Orangnya capek secara fisik atau psikis, sehingga mahasiswa tersebut seperti itu," ucapnya.
Faktor lelah fisik dan psikis inilah yang akhirnya membuat para mahasiswa itu mencurahkan kekesalannya terhadap apa yang dirasakan saat itu. Sehingga membuat mereka berteriak-teriak dan menangis.