Banyak kendala yang harus dihadapi oleh tim produksinya, mulai dari keterbatasan waktu yang dimiliki, kurangnya pencahayaan karena proses syuting yang dilakukan malam hari menyesuaikan jam buka Srawung Omah Kopi sebagai lokasi syuting, banyaknya footage, dan perlu memperbaiki audio wawancara.
“Sempat semua file di salah satu kamera itu corrupt dan akhirnya ngulang ambil footage. Tapi senangnya bisa jalan-jalan, terus diterima baik, dan dapat banyak ilmu dari perbincangan sama yang punya atau jaga kedai kopinya. Jadi selama proses produksi semua narasumber menyambut dengan hangat,” jelas Aisyah.
Aisyah mengaku tidak menyangka tim produksinya berhasil meraih juara 2 dari lomba yang diselenggarakan oleh Departemen Minat dan Bakat BEM Universitas Udayana Bali tersebut, pasalnya terdapat 365 karya dari seluruh kategori dengan jumlah 258 peserta.
“Dari waktu masuk finalis, kaget dan senang karena dua karya dokumenter dari Ilmu Komunikasi 2019 UNS juga jadi finalis. Terus waktu jadi juara 2, benar-benar bersyukur dan gak menyangka,” pungkasnya.