"Tetapi lulusan harus berkualitas untuk menjadi guru produktif. Nanti kami bekerjasama dengan Kemdikbud untuk kebutuhannya," sebutnya.
Selama ini, lanjut Nasir, pembelajaran di pendidikan vokasi belum sepenuhnya berdasar pada praktik. Untuk itu, pihaknya telah mengonsepkan pembelajaran sistem 3+2+1. Rinciannya, tiga semester di kampus, dua semester di industri, dan satu semester akhir di kampus atau industri. Artinya, proporsi pembelajaran meliputi 70 persen praktik dan 30 persen teori.
"Sudah ada tiga contoh politeknik yang melakukannya. Misalnya Polimari Semarang yang bermitra dengan Pelindo, Polman Bandung dengan 100 industri manufaktur, dan ATMI Surakarta dengan Astra," terangnya.
Dia menambahkan, saat ini terdapat lebih dari 200 politeknik di Indonesia. Nasir menyebut, telah menyiapkan anggaran Rp200 miliar untuk keperluan revitalisasi politeknik negeri tahun depan. Adapun jumlah politeknik yang akan direvitalisasi pada tahap awal, yakni 12 politeknik.
"Karena ini masih mindset baru. Kami hanya ingin meningkatkan dulu (12 politeknik). Kami belum bisa menargetkan berapa jumlahnya . Tapi politeknik di Indonesia harus menuju pada vokasi yang profesional," tukasnya.
(Susi Fatimah)