JAKARTA - Suasana Ramadan di setiap daerah, apalagi negara, tentu berbeda. Bagaimana ya mahasiswa Indonesia melewati Ramadan di negeri asing, terutama di wilayah dengan minoritas muslim.
Mahasiswa asal Indonesia di Nanchang University, Tiongkok, Siti Marwah mengaku, sebisa mungkin dia menghidupkan suasana Ramadan di negeri Tirai Bambu tersebut. Minimal dengan teman seasrama.
"Kebetulan ada kamar teman Indonesia yang kosong (penghuninya lagi di Indonesia). Kami menyulapnya menjadi mushalla. Di sanalah kami salat lima waktu dan tarawih berjamaah," ungkap Marwah, melalui surat elektroik kepada Okezone, belum lama ini.
Sesekali, kata Marwah, mereka juga mengadakan kegiatan buka puasa bersama dengan sejumlah mahasiswa muslim yang ada di Tiongkok. Biasanya, sesama mahasiswa saling bergantian menyiapkan menu berbuka puasa.
"Selain itu, sesekali kami ke masjid di Nanchang untuk buka puasa dan tarawih bersama dengan penduduk lokal. Kebanyakan dari mereka adalah orang Xinjiang dan Anhui, yaitu dua daerah berpenduduk muslim di China," ujarnya.
Sementara itu, bagi Mohammad Fikri Pomalingo, menjalani puasa di Jepang berarti harus lebih selektif dalam memilih makanan. Dia harus bisa menjamin kehalalan makanan yang dikonsumsinya.