Ia menambahkan, sekolah sebaiknya memiliki mekanisme rujukan ke psikolog, melatih guru sebagai gatekeeper untuk mendeteksi perubahan perilaku siswa, serta mengintegrasikan Social Emotional Learning (SEL) ke dalam kurikulum.
Dalam pandangan Nurul, langkah-langkah tersebut penting agar generasi Alpha tumbuh di lingkungan yang ramah kesehatan mental. Ia menegaskan bahwa pendidikan harus mengembangkan bukan hanya kecerdasan intelektual, tetapi juga ketahanan emosional.
Nurul berharap, anak-anak tumbuh di lingkungan yang memvalidasi emosi, mengajarkan literasi emosi, dan berani meminta pertolongan ketika tidak baik-baik saja.
"Mereka perlu hidup di lingkungan yang sehat secara psikologis, baik di rumah, di sekolah, maupun di ruang digital,” ujarnya.
Kasus bunuh diri di kalangan anak dan remaja, lanjutnya, seharusnya menjadi refleksi kolektif bagi seluruh lapisan masyarakat. Tanpa dukungan emosional yang memadai, rumah dan sekolah bisa berubah menjadi tempat yang sunyi bagi anak-anak yang rapuh secara mental.
(Rani Hardjanti)