Isu tersebut berupa instrumen psikologi yang dapat mengukur ketahanan psikologis pelajar selama menempuh pembelajaran bahasa Turki di TÖMER. Dalam penelitiannya, instrumen buatannya telah diujikan pada sekitar 450 responden pelajar internasional yang ada di seluruh Turki dengan bantuan sekitar 20-30 lembaga bahasa TÖMER.
“Saya membuat papernya dalam bahasa Inggris, karena di kongres itu diperbolehkan antara dua bahasa yakni bahasa Turki atau bahasa Inggris. Sebab banyak sekali perwakilan dari berbagai negara, Indonesia juga cukup banyak sekitar 10 orang kalau tidak salah (hadir dan membacarkan paper mereka dalam kongres). Ada pula teman-teman dari Thailand, Kazakhstan, Azerbaijan, Pakistan, Bangladesh, dan masih banyak lagi,” ucap Zulmi.
Motivasi besar yang didorong oleh pengalaman pribadi itu membuat dirinya menyadari bahwa kesulitan yang dialami tidak dapat diidentifikasi secara langsung baik itu oleh pribadi maupun institusi. Hal tersebut bisa saja menjadi bumerang bagi orang yang bersangkutan untuk semakin kesulitan dalam melakukan pembelajaran.
Sebaliknya, jika telah mengetahui kesulitan tersebut melalui alat ukur psikologi yang dirancang olehnya, diharapkan dapat membuat pelajar memahami intervensi yang tepat dari instansi belajar TÖMER.
“Setiap tahun itu saya punya target untuk ikut konferensi internasional, dan itu di luar ekspektasi bisa menjadi juara pertama yang harus kita syukuri dan jadikan batu loncatan supaya jadi lebih baik lagi. Kemenangan itu pun hasil kolaborasi berbagai pihak, saya jadi tertantang untuk lebih mendalam lagi mengenai penelitian. Menulis, penelitian, dan publikasi itu salah satu passion saya. Pesan saya (kepada pelajar Indonesia), temukanlah passion kalian dan optimalkan. Tuangkan ke wadah yang relevan sehingga bisa linear dengan yang diinginkan,” kata dia.
(Feby Novalius)