JAKARTA - Semangat dan energi positif yang dimiliki sebagai kaum intelektual, menempatkan mahasiswa dalam posisi sebagai generasi penerus yang diharapkan membawa perubahan-perubahan positif agen of change demi kemajuan bangsa.
Mahasiswa yang dipandang sebagai sebagai kaum terdidik, mengedepankan ilmu, gagasan, dan pengetahuanya, selama ini terbukti mampu membawa pengaruh dalam membangkitkan kesadaran masyarakat akan sebuah perubahan sosial.
Dengan tanggung jawab tersebut dalam menentukan perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara, tentunya mahasiswa harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni baik dari hasil belajar di bangku kuliah maupun dalam praktik berinteraksi langsung di lingkungan sosial masyarakat.
Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki komunikasi interpersonal yang baik karena dengan komunikasi interpersonal memungkinkan mahasiswa untuk membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dan memahami kebutuhan mereka. Komunikasi interpersonal seperti berkomunikasi dengan baik dengan rekan sesama mahasiswa, lingkungan kampus, maupun komunitas dan masyarakat secara umum ketika mengembangkan keterampilan organisasi dan penelitian.
Dengan memahami kebutuhan masyarakat, mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah yang ada di tengah masyarakat dan berupaya mencari solusi yang inovatif untuk mendorong perubahan yang berkelanjutan. Sebagai agent of change, mahasiswa harus memiliki kemampuan kreatif, inovatif, tanpa kehilangan sikap kritis, dan open mind dalam mengkritis setiap kebijakan pemerintah untuk kepentingan publik.
Sebagai bekal dalam mencapai cita-cita menjadi agen perubahan di masyarakat, sistem pembelajaran di kampus menjadi poin penting bagi mahasiswa. Dalam konteks ini, implementasi Projek Based Learning (PBL) dan Student Centered Learning (SCL) dalam Kurikulum Merdeka telah menjadi motor utama perubahan di ranah pendidikan. Dua pendekatan inovatif yang kian mengemuka tersebut telah menyebabkan sistem pembelajaran di perguruan tinggi mengalami perubahan signifikan.
PBL dan SCL memberikan mahasiswa kendali atas pembelajaran, mendorong kreativitas, dan membentuk pemikiran kritis, menguasai keterampilan dan rasa percaya diri. PBL dan SCL memberikan platform bagi mahasiswa untuk menerapkan teori dalam konteks nyata. Mahasiswa tidak hanya belajar konsep, tetapi juga merancang solusi konkret untuk masalah dunia nyata dengan cara inovatif. Pendekatan ini telah merasuk dalam budaya pembelajaran, menciptakan lingkungan yang memotivasi mahasiswa untuk berkembang dan mencapai potensi maksimal.
Dalam suasana pembelajaran SCL, mahasiswa menjadi pemimpin pembelajaran mereka sendiri, memilih jalur belajar sesuai dengan minat dan gaya masing-masing. Dengam demikian, mahasiswa masa kini dipersiapkan untuk menjadi pionir dalam memahami dan merespons dinamika yang terjadi.
Dalam dunia yang semakin kompleks ini, peran dan pengaruh mahasiswa tidak hanya terbatas pada ruang kelas. Mereka membawa dampak positif ke masyarakat melalui proyek-proyek berbasis komunitas, membangun koneksi yang berkelanjutan melalui komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memainkan peran penting dalam membentuk peran Mahasiswa sebagai agen perubahan.
Secara umum, komunikasi interpersonal sendiri didefinisikan sebagai proses pertukaran informasi antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mencapai pemahaman bersama. Lazimnya komunikasi internpresonal bukan hanya tentang bagaimana sebuah komunikasi bisa disampaikan akan tetapi bagaimana pendekatan yang dilakuan, bagaimana eskpresi wajah, cara kalimat disampaikan, dan bagaimana komunikasi dalam bentuk kalimat ditata agar bukan hanya sekadar kata-kata.
Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya menjalani peran, tetapi juga menggali dalam diri mereka untuk menciptakan hubungan yang autentik dan berarti. Capaian ini mencerminkan dampak positif dari pendekatan pembelajaran yang memungkinkan pengembangan soft skill yang esensial.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya antara lain mengikuti pelatihan seperti workshop, latihan kepemimpinan, dan lainnya baik secara online maupun offline, cara berikutnya bisa dilakukan dengan memperhatikan dan mempraktikan langsung interaksi yang efektif di masyarakat, melatih untuk berkomunikasi dengan penuh empati seperti menjaga kontak mata, mengatur postur tubuh yang baik, memilih kata yang tepat, dan menjadi pendengar yang baik.
Tidak sedikit kita melihat, capaian-capaian hahasiswa yang telah menunjukkan keberhasilan yang menginspirasi melalui peran aktif mereka dalam praktek roleplay pada komunikasi interpersonal.