Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Awal 2024, Unika Atma Jaya Gelar Sidang Terbuka Program Doktor Psikologi

Adzira Febriyanti , Jurnalis-Jum'at, 05 Januari 2024 |10:49 WIB
Awal 2024, Unika Atma Jaya Gelar Sidang Terbuka Program Doktor Psikologi
Unika Atma Jaya (Foto: Dokumen Unika Atma Jaya)
A
A
A

JAKARTA - Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya menggelar sidang terbuka program Doktor Psikologi pertama pada awal tahun 2024, yaitu Dr. Rahmanto Kusendi pada Kamis 4 Januari 2024 di Gedung Yustinus lantai 14, Kampus Semanggi, Jakarta.

Dr. Rahmanto Kusendi melakukan penelitian dan penulisan disertasi dengan judul “Pengaruh Modal Sosial dan Dukungan Sosial yang Dimediasi oleh Intensi terhadap Perilaku Pro-Lingkungan pada Pemukim Wilayah Padat Kumuh Pesisir Utara Jakarta.”

Studi ini berfokus pada permukiman kumuh pesisir utara Jakarta, dengan ciri kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan area terbatas dan memiliki permasalahan lingkungan berdampak pada kualitas pemukimnya.

"Tidak ada lingkungan kumuh, namun yang ada adalah perilaku kumuh yang membuat lingkungan menjadi rusak,” ujar Dr. Rahmanto Kusendi saat menjelaskan disertasinya pada Sidang Terbuka Program Doktor Psikologi, Unika Atma Jaya.

Dr. Rahmanto juga menegaskan bahwa adanya lingkungan kumuh merupakan akibat dari perilaku kumuh yang dilakukan oleh masyarakat. Maka intervensi perilaku menjadi sangat penting sebagai bagian dari penelitian disertasinya.

Hal ini juga merupakan bagian dari program perilaku pro lingkungan pada pemukim wilayah padat kumuh pesisir utara Jakarta.

Penelitian ini dapat memberikan input sebagai peta awal pengambil keputusan, terutama pemerintah sebagai regulator kebijakan perkotaan, serta keterlibatan LSM dan masyarakat itu sendiri.

Manfaat penelitian permukiman kumuh ini juga secara garis besar memberikan kontribusi model teori terbaru tentang perilaku penyebab langgengnya kawasan kumuh di perkotaan terutama pesisir utara Jakarta, dengan pendekatan teori psikologi dan keilmuan lain yang berhubungan agar didapat suatu saran kebijakan bagi pemangku kepentingan.

“Pada kenyataannya, penanganan permukiman kumuh masih berfokus pada intervensi fisik perbaikan bangunan, lingkungan, dan infrastruktur semata dengan mengabaikan faktor sosial dan psikologis perilaku manusia, potensi ekonomi, kebiasaan hidup serta budaya kehidupan pemukim. Hal tersebut menjadi faktor penyebab langgengnya permukiman kumuh perkotaan,” tambah Rahmanto Kusendi.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement