JAKARTA – Indonesia tengah mewaspadai wabah penyakit monkeypox atau cacar monyet. Di Jakarta, saat ini sudah ada tujuh orang penderita. Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Prof Tjandra Yoga Aditama ikut angkat bicara. Benarkah ini menjadi ancaman?
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menjelaskan cacar monyet bukanlah penyakit baru yang muncul. Bahkan, dari data WHO menunjukkan ada sebanyak 91.123 kasus cacar monyet sudah berada di 115 negara. Walaupun bukan lagi berstatus kedaruratan kesehatan global, akan tetapi Prof Tjandra mengatakan tingkat kewaspadaan terhadap penyakit cacar monyet ini perlu dilakukan, karena mengingat penyakit ini juga dapat menular.
BACA JUGA:
“Ini adalah penyakit virus dari genus Orthopoxvirus yang terdiri dari dua galur (clade) I dan II, dan yang sekarang banyak beredar di dunia adalah clade Iib. Akan bagus kalau pada kasus di Jakarta juga dijelaskan apa galur penyebabnya,” ucap Prof Tjandra, dikutip dalam keterangan resmi, Selasa (24/10/2023).
Gejala
Menurut Prof Tjandra gejala yang ditimbulkan pada cacar monyet ini adalah berupa kelainan di kulit dan mukosa, yang dapat terjadi antara dua hingga empat minggu, serta diikuti dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri otot, badan lemah, dan pembesaran kelenjar getah bening.
Selain itu, penularan yang terjadi akibat adanya kontak langsung baik dari orang yang sakit maupun juga dari bahan yang terkontaminasi dan mungkin bersumber dari binatang. Jadi bisa dikatakan penyakit ini adalah zoonosis, yang mana akan baik kalau pada ketujuh kasus di Jakarta disampaikan juga pola penularannya, sehingga mereka bisa terkena penyakit ini, dan bagaimana penyelidikan epidemiologi (PE) selanjutnya.
“Kepastian diagnosis bisa dilakukan dengan pemeriksaan PCR pada kelainan di kulit pasien,” tuturnya.
BACA JUGA:
Sehingga biasanya pada pasien ditangani secara suportif, walaupun di beberapa negara memang ada yang menggunakan obat tertentu, dan baik untuk diinformasikan adalah jenis obat apa yang diberikan pada pasien di Jakarta sekarang ini. Di sisi lain, kegiatan vaksinasi yang saat ini sudah mulai direncanakan juga dapat membantu mencegah terjadinya penularan, khususnya pada mereka yang termasuk kelompok risiko tinggi.
(Zuhirna Wulan Dilla)