Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kurikulum Merdeka Ditetapkan Jadi Kurikulum Nasional Tahun Depan, Bagaimana Nasib Kurikulum 2013?

Marieska Harya Virdhani , Jurnalis-Senin, 18 September 2023 |06:14 WIB
Kurikulum Merdeka Ditetapkan Jadi Kurikulum Nasional Tahun Depan, Bagaimana Nasib Kurikulum 2013?
Kurikulum merdeka akan ditetapkan sebagai kurikulum nasional tahun depan (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan menetapkan kurikulum merdeka sebagai kurikulum nasional tahun 2024. Dengan begitu, para siswa di seluruh sekolah sudah harus mempelajari kurikulum merdeka sebagai pedoman bahan ajar. Lalu bagaimana dengan nasib kurikulum 2013?

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo dalam Selayang Pandang Merdeka Belajar, dikutip Senin (18/9/2023), saat ini sudah 80 persen sekolah menerapkan kurikulum merdeka. Bahkan ada sekolah di daerah yang sudah menerapkan kurikulum merdeka 100 persen.

“Tahun depan kurikulum merdeka ditetapkan sebagai kurikulum nasional,” ucapnya.

Sejumlah daerah yang sudah memberlakukan kurikulum merdeka 100 persen di antaranya Riau, Lampung, Kalimantan Utara, hingga Sumatra Barat. Dan di DKI Jakarta masih 80 persen.

 

Bagaimana Nasib Kurikulum 2013?

Kurikulum 2013 belum akan langsung hilang atau tidak dipakai begitu saja begitu kurikulum merdeka ditetapkan sebagai kurikulum nasional. Pasalnya, akan ada fase transisi khususnya untuk siswa yang sudah kelas lanjut.

BACA JUGA:

Kurikulum Merdeka Bikin Siswa Senang Belajar, Tak Menunggu Bel Pulang Sekolah 

“Apakah kurikulum 2013 langsung hilang? Kurikulum 2013 akan sunset. Artinya transition out. Tapi bukan berarti sudah tak boleh diterapkan. Kalau murid kelas 6 misalnya, ya tergantung sekolahnya. Biasanya untuk kelas yang sudah lanjutan masih pakai kurikulum sebelumnya. Artinya ada fase transisi,” tegasnya.

Dia mengakui untuk awal-awal penerapan 2013 pasti masih banyak proses pembelajaran dan adaptasi yang dilakukan oleh guru. Namun para guru bisa saling sharing menerapkan pemikiran dan diskusi untuk melakukan asesmen literasi.

“Contoh-contoh modul kami berikan, satu pelajaran ada banyak, jadi sumber inspirasi berbeda-beda. Bisa jadi semester pertama masih keliru-keliru. Ini akan munculkan siklus yang terbaik, lebih baik lagi, Kita percaya bahwa perubahan terjadi ketika guru itu menerapkan pemikiran berbeda dan apa dampak perubahan itu pada guru-gurunya. Saling diskusi, saling beri masukan. Akan terjadi sekolah di sekolah,” ucapnya.

(Marieska Harya Virdhani)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement