JAKARTA – Pemanasan global sering menjadi permasalahan masyarakat di dunia. Terlebih lagi iklim di Indonesia sudah tidak stabil lagi. Ditambah lagi, kini gempar dengan project meredupkan matahari.
Rekayasa kebumian sekarang menjadi salah satu jurusan yang dipakai untuk harapan terakhir dalam memperbaikin krisis iklim saat ini.
BACA JUGA:
“Peluang untuk membatasi kenaikan suhu global hingga di bawah 2 derajat akan segera berakhir, sehingga ada kemungkinan bahwa langkah-langkah teknis untuk mempengaruhi iklim akan dipertimbangkan secara serius di masa depan,” kata ahli glasiologi Universitas Bern, Johannes Sutter dalam situs science.alert dikutip Minggu (10/9/2023).
Salah satu yang dari dahulu yang diperlukan dan sampai sekarang cara pencegahan yang terbaik adalah memberhentikan penggunaan bahan bakar fosil (batu bara, minyak, gas dan lain-lainnya).
BACA JUGA:
“Pengamatan terhadap aliran es di Antartika Barat menunjukkan bahwa kita sudah sangat dekat dengan apa yang disebut sebagai titik kritis atau telah melewatinya,” jelas Johannes.
"Dengan penelitian kami, kami ingin mengetahui apakah runtuhnya lapisan es dapat terjadi. secara teoritis dapat dicegah dengan manajemen radiasi matahari," tambahnya.
BACA JUGA:
Meskipun prototype yang dilakukan para peneliti menunjukkan bahwa meredupkan matahari dengan cara menyemprotkan jutaan ton sulfur dioksida ke stratosfer pada tahun 2050 dapat menunda keruntuhan es, hal ini hanya akan berhasil jika dikombinasikan dengan dekarbonisasi dan hanya pada jalur emisi sedang atau rendah.
“Pengelolaan radiasi matahari dapat berdampak pada pola cuaca regional yang merugikan masyarakat dan biosfer serta dampak lain yang belum diketahui, namun tidak mengatasi dampak buruk langsung dari peningkatan CO2 di atmosfer seperti pengasaman laut,” pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)