BOGOR - IPB University resmi membuka Program Studi (Prodi) Dokter, Fakultas Kedokteran untuk jenjang sarjana (S1). Ini menjadi kabar baik bagi dunia medis untuk memenuhi kebutuhan jumlah dokter di Indonesia.
Berdasarkan standar World Health Organization (WHO) mengenai rasio ideal dokter dengan penduduk yakni 1:1.000, Indonesia membutuhkan dokter sebanyak 273.984 orang. Saat ini, baru terdapat 101.476 dokter, sehingga pada tahun 2022 jumlah kekurangan dokter umum adalah sebanyak 172.508 orang. Daerah yang paling banyak membutuhkan dokter adalah Provinsi Jawa Barat dengan kekurangan dokter sebanyak 36.947 orang.
BACA JUGA:
Rektor IPB University, Prof Arif Satria menjelaskan, dokter lulusan IPB University akan memiliki kompetensi tambahan dalam memahami keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan serta mengarah pada solusi yang lebih komprehensif dalam menjaga kesehatan masyarakat dan keberlanjutan sektor agromaritim. Program ini, kata dia, menjawab kebutuhan dokter di Indonesia, terutama di Jawa Barat.
“Jadi, dengan adanya pembukaan FK IPB University, hal ini akan berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan akan tenaga dokter di Indonesia, terutama di Jawa Barat,” kata Prof Arif dalam keterangan resmi yang diterima Okezone, Sabtu (5/7/2023).
Menurutnya, IPB University memiliki kontribusi penting dalam penanganan krisis pandemi Covid-19. Prof Arif mengklaim, IPB University menjadi satu-satunya institusi yang memproduksi Virus Transport Medium (VTM) di dalam negeri. VTM merupakan komponen krusial untuk pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk deteksi Covid-19.
“IPB University telah memberikan bantuan sebanyak 8.580 VTM yang diserahkan ke layanan kesehatan seluruh Indonesia. IPB University juga memiliki laboratorium dengan level BSL-2 yang mampu melakukan uji Covid-19. Ini merupakan salah satu laboratorium pertama di luar laboratorium Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang diberikan izin untuk melakukan uji Covid-19. IPB University juga berkontribusi melaksanakan vaksinasi massal kepada lebih dari 38.000 orang untuk warga IPB University dan masyarakat,” kata rektor.
BACA JUGA:
Ia menambahkan IPB University dalam inovasi biomedis memiliki kekuatan dalam riset di bidang biomedis, terutama dalam pemanfaatan sumber daya agromaritim. Hal itu terlihat dari adanya pusat-pusat studi unggulan di tingkat nasional seperti South-East Asia Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC), Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL), Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) dan Pusat Studi Satwa Primata (PSSP).
“IPB University telah menghasilkan 1.825 publikasi biomedis dalam 10 tahun terakhir. IPB University juga telah menghasilkan berbagai inovasi di bidang kesehatan antara lain stemcell anti aging, Inventpro, Glucodiab, Bioluric, Calgen, Cajuput Candy, Gamy Garam Rendah Natrium, Oxyl, alat deteksi glukosa dan hemoglobin non-invasif serta banyak inovasi lainnya,” ucap Prof Arif.
Dalam mendukung pengembangan One Health (Kesehatan Semesta), kata dia, penyakit baru (new-emerging diseases) merupakan ancaman di masa kini dan akan datang. Dan pihaknya mendukung pengembangan agromaritim 4.0. IPB University telah banyak berkontribusi dalam pengembangan masyarakat agromaritim, termasuk daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) melalui penerimaan mahasiswa berbasis talent scouting sejak tahun 1976.
BACA JUGA:
“IPB University telah hadir melakukan pengabdian masyarakat di 4258 desa dalam lima tahun terakhir. Berdirinya fakultas kedokteran akan memperkuat peran IPB University, terutama dalam bidang layanan kesehatan pada masyarakat pertanian dan pesisir,” kata rektor.
(Marieska Harya Virdhani)