SURABAYA - Gadis cantik bernama Wajihah Zahrah Ramadhani (17) bergegas untuk membuka laptop ketika jarum jam menunjukan pukul 15.00 WIB. Wajahnya masih semringah, tangannya perlahan membuka laptop sambil mengetik alamat pengumuman di https://pengumuman-snbt-snpmb.bppp.kemdikbud.go.id/ yang sudah dinantikannya.
Dag dig dug dirasakannya ketika ia perlahan mencari namanya muncul di layar, sambil berharap bisa diterima di perguruan tinggi favoritnya.
Keringat dingin sudah meluncur dari keningnya, Zahrah belum menyerah. Ia masih mencoba untuk mencari namanya muncul. Mulutnya merapalkan doa, dan pada waktu yang cukup lama ia tak juga menemukan namanya.
“Enggak masuk Bun, enggak diterima di ITS,” kata Zahra pada ibunya yang ada di samping menemaninya, Selasa (20/6/2023).
Setyarini, ibunya langsung memeluk anaknya sambil memberikan semangat untuk kembali mencoba lagi tahun depan. Ia tak ingin anaknya larut dalam kesedihan tak diterima di perguruan tinggi yang sudah dipilih. “Masih ada kesempatan lainnya lagi,” katanya.
Zahra hanya diam. Matanya masih menatap tajam laptop hitam dan masih berupaya untuk mencari namanya. Ia masih menaruh harapan namanya muncul. Namun pencarian itu berakhir sirna ketika tak ada namanya yang tertera di papan pengumuman online SNBT 2023.
Gadis berjilbab itu memberikan pilihan pertama ke Polteknik Elektronika Negeri Surabaya. Sementara untuk pilihan kedua ia sandarkan pada pilihan ke D4 Teknologi Rekayasa Multimedia ITS. “Enggak diterima keduanya,” katanya lirih.
Alumnus SMA Muhammadiyah 2 Surabaya itu menaruh harapan besar pada dua pilihan jurusan yang sudah diimpikan. Zahra sejak kecil menyukai teknologi, sehingga selalu terbayang dalam cita-citanya bisa menempuh pendidikan di ITS. Namun, impian itu kini pupus.
Setelah gagal, Zahra mengaku sudah berdiskusi dengan ibunya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Namun, ia pun tak mau menutup cita-cita untuk bisa menekuni dua teknologi.
“Tahun depan mungkin akan mencoba lagi,” kata dia.
Zahrah sendiri tak mau mengubur mimpi dan cita-citanya. Ia tetap yakin pada satu kesempatan lagi akan memaksimalkan itu untuk bisa meneruskan jenjang pendidikan di kampus negeri.
(Angkasa Yudhistira)