Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

SBM ITB Bahas Industri Otomotif Nasional, Datangkan Perusahaan Lokal Jawa Barat

Arif Budianto , Jurnalis-Rabu, 22 Februari 2023 |11:25 WIB
SBM ITB Bahas Industri Otomotif Nasional, Datangkan Perusahaan Lokal Jawa Barat
Ilustrasi/Istimewa
A
A
A

Beruntungnya Ia mendapatkan projek yang bisa membantu pendanaan awal.

“Untuk mendanai awal pengembangan purwarupa, saya mengerjakan proyek pengembangan bagian pesawat di Malaysia. Modal itulah yang membantu di masa-masa awal pengembangan FIN Komodo," ungkap Ibnu.

Ibnu mengatakan bahwa hal penting dalam pengembangan industri adalah komponen brainware yang terletak di manusianya. Makanya di awal, Ibnu melalui FIN membina sampai puluhan UKM guna dapat menyuplai pengembangan FIN komodo sampai tahapan produksi.

Saat ini perusahaan ini sudah berusia 17 tahun di mana mobil yang dikembangkan sudah memasuki generasi kelima sejak 2005 pertama kali dikembangkan. “Pengembangan industri berbasis teknologi terletak pada orangnya atau brainware-nya”, tambah Ibnu.

Sementara itu, Joko Sarwono menceritakan tentang bagaimana tantangan pengembangan riset dan inovasi di kampus dengan mengambil best practice dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK). Dia mengungkapkan bahwa LPIK menerapkan 3 kefokusan yaitu riset inovasi yang diukur dari tingkat kematangan teknologi (Technology Readiness Level-TRL), pengembangan kewirausahaan, dan kantor transfer teknologi (Technology Transfer Office-TTO).

Selanjutnya Joko mengutarakan hambatan inovasi di Perguruan Tinggi yaitu di sisi terlalu fokus pada kuantitas dan regulasi yang tidak mendukung.

“Hambatan inovasi di Perguruan Tinggi salah satu diakibatkan karena ukuran inovasi masih terbatas pada KPI (Key Performance Index) di kuantitas. Selain itu juga di regulasi yang belum berpihak. Sebagai contoh ITB telah kembangkan mobil listrik sejak 2010 namun sampai saat ini belum bisa dikatakan berhasil karena dukungan seperti regulasi belum cukup”, ungkap Joko.

Gambaran FIN Komodo dan LPIK ITB seperti yang diungkapkan dua narasumber di atas merupakan bagian dari isi buku berjudul “Transfer Teknologi untuk Inovasi: dari Riset ke Industri”. Buku ini ditulis oleh peneliti dari Management of Technology Laboratory (MoT Lab) SBM-ITB yaitu Eko Agus Prasetio, Uruqul Nadhif Dzakiy dan Dedy Sushandoyo.Beruntungnya Ia mendapatkan projek yang bisa membantu pendanaan awal.

“Untuk mendanai awal pengembangan purwarupa, saya mengerjakan proyek pengembangan bagian pesawat di Malaysia. Modal itulah yang membantu di masa-masa awal pengembangan FIN Komodo," ungkap Ibnu.

Ibnu mengatakan bahwa hal penting dalam pengembangan industri adalah komponen brainware yang terletak di manusianya. Makanya di awal, Ibnu melalui FIN membina sampai puluhan UKM guna dapat menyuplai pengembangan FIN komodo sampai tahapan produksi.

Saat ini perusahaan ini sudah berusia 17 tahun di mana mobil yang dikembangkan sudah memasuki generasi kelima sejak 2005 pertama kali dikembangkan. “Pengembangan industri berbasis teknologi terletak pada orangnya atau brainware-nya”, tambah Ibnu.

Sementara itu, Joko Sarwono menceritakan tentang bagaimana tantangan pengembangan riset dan inovasi di kampus dengan mengambil best practice dari Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK). Dia mengungkapkan bahwa LPIK menerapkan 3 kefokusan yaitu riset inovasi yang diukur dari tingkat kematangan teknologi (Technology Readiness Level-TRL), pengembangan kewirausahaan, dan kantor transfer teknologi (Technology Transfer Office-TTO).

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement