Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hari Pers Nasional, Kenali Tokoh-Tokoh Perempuan Indonesia yang Berkecimpung di Jurnalistik

Nevriza Wahyu Utami , Jurnalis-Kamis, 09 Februari 2023 |08:37 WIB
Hari Pers Nasional, Kenali Tokoh-Tokoh Perempuan Indonesia yang Berkecimpung di Jurnalistik
Ilustrasi/Freepik
A
A
A

JAKARTA - Tanggal 9 Februari diperingati sebagai Hari Pers Nasional. Tak hanya pahlawan yang berjuang untuk negara melalui perang, Indonesia juga memiliki tokok yang berjaung melalui jalur pers atau kegiatan komunikasi melalui media.

Selain pria, ada juga sejumlah tokoh pers perempuan Indonesia yang sepak terjangnya patut diacungi jempol.

Untuk memperingati Hari Pers Nasional, simak selengkapnya di sini!

1. Ruhana Kuddus

Ruhana Kuddus dikenal sebagai tokoh pers perempuan pertama dalam sejarah Indonesia.

Selain menjadi jurnalis, ia juga merupakan salah satu penggerak emansipasi perempuan di Indonesia.

Ia membangun sekolah untuk perempuan di Koto Gadang, Sumatera Barat, bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS).

Di bidang pers, Ruhana mendirikan surat kabar Soenting Melajoe sebagai wadah bagi kaum perempuan untuk menuangkan pemikiran, pada awal 1900-an.

Perempuan asal Koto Gadang, Sumatera Barat yang lahir 20 Desember 1884 ini merupakan anak dari pasangan Muhammad Rasyad Maharadja Soetan dan Kiam.

Meskipun tidak bersekolah di sekolah formal, Ruhana sudah gemar membaca, menulis karena pengaruh pekerjaan orang tuanya sejak kecil.

Ruhana kecil gemar membaca buku, majalah, dan surat kabar anak-anak dan membagikannya ke orang-orang yang sedang berkumpul.

Ruhana Kuddus meninggal dunia pada 17 Agustus 1972 di Jakarta dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak.

Tokoh pers perempuan pertama ini kemudian ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 8 November 2019 lalu.

2. Herawati Diah

Siti Latifah Herawati Diah adalah jurnalis perempuan Indonesia yang lahir pada 3 April 1917 di Tanjung Pandan.

Herawati mengawali karier jurnalistik sebagai stringer di United Press International (UPI), sebuah kantor berita di Amerika Serikat saat usia 22 tahun.

Sebagai tokoh pers, ia telah mendirikan beberapa surat kabar harian, di antaranya adalah harian Merdeka, majalah Keluarga, dan majalah berita Topik.

Pada 1955, ia menerbitkan surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indonesia, yaitu The Indonesian Observer.

Istri dari tokoh pers BM Diah ini juga kerap aktif membela hak-hak perempuan dan menyuarakan isu kesetaraan gender di Indonesia.

Salah satu upaya emansipasi perempuan yang ia lakukan adalah dengan mendirikan Komnas Perempuan, Lingkar Budaya Indonesia, dan Gerakan Perempuan Sadar Pemilu.

Herawati Diah meninggal dunia pada 30 September 2016 saat berusia 99 tahun. Ia menerima Lifetime Achievement Award dari Persatuan Wartawan Indonesia atas jasa dan dedikasinya pada dunia jurnalistik.

3. Rasuna Said

Rasuna Said merupakan perempuan Minang yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Atas jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah. Rasuna Said juga memperjuangkan hak-hak emansipasi wanita.

Dikenal dengan tulisannya yang tajam, ia menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah harian yang bernama Raya.

Rasuna kemudian mendirikan perguruan khusus perempuan dan membuat surat kabar Menara Poetri untuk menyalurkan ide-idenya pada 1935.

Rasuna disebut-sebut sebagai wanita Indonesia pertama yang dipenjara karena ujaran kebencian, karena ia sering berpidato menentang pemerintah kolonial Belanda dan politik praktis di Indonesia pada masa kolonial.

Rasuna Said meninggal dunia pada 2 November 1965 akibat menderita kanker darah dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

4. SK Trimurti

 

Surastri Karma Trimurti merupakan penulis, wartawan, dan guru, yang turut mengambil peran dalam gerakan kemerdekaan Indonesia terhadap penjajahan oleh Belanda.

Perempuan asal Boyolali ini lahir pada 11 Mei 1912 dan pernah menolak aturan feodal yang menganggap perempuan yang berpolitik merupakan hal yang tabu.

Ia juga mengkritisi isu-isu yang berkaitan dengan anti-emansipasi perempuan hingga nasib buruk buruh perempuan. Selama berkecimpung di dunia pers, Trimurti bekerja di sejumlah surat kabar Indonesia, seperti Pesat, Genderang, Bedung, dan Pikiran Rakyat.

Ia menerbitkan Pesat bersama suaminya. SK Trimurti wafat pada 20 Mei 2008 akibat pecahnya pembuluh darah vena dan dimakamkan di TMP Kalibata.

5. Ani Idrus

Ani Idrus yang lahir pada 25 November 1918 merupakan wartawati senior Indonesia. Bersama suaminya, ia mendirikan surat kabar Harian Waspada pada 1947.

Sebelum itu, ia pernah menulis di majalah Panji Pustaka Jakarta pada 1930. Selain berkecimpung di dunia jurnalistik, ia juga mendirikan dan memimpin sebuah lembaga pendidikan yang bernaung dalam Yayasan Pendidikan Ani Idrus.

Sebagai wartawati senior Indonesia, ia turut mendirikan dan mengurus organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Ani Idrus meninggal pada 9 Januari 1999 saat menjabat sebagai Ketua Yayasan Asma Cabang Sumatera Utara.

(Natalia Bulan)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement