JAKARTA - Oey Tjeng Hien atau Abdul Karim Oey adalah tokoh yang berasal dari etnis Tionghoa. Kedua orang tuanya asli negeri Tiongkok.
Pria kelahiran 6 Juni 1905 ini telah memberikan sumbangsih dalam perjuangan Indonesia. Diketahui, Oey memutuskan untuk memeluk agama Islam pada 1926.
Padahal saat itu jarang terjadi seorang Tionghoa pindah agama untuk menjadi penganut agama Islam.
Setelah masuk Islam, Oey kemudian turut mendirikan organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
Selain itu, ia adalah salah satu tokoh nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama Soekarno dan Buya Hamka.
Oey muda hijrah ke Bintuhan, Bengkulu. Ia pindah ke Bengkulu dengan alasan bisnis. Saat itu, Bengkulu merupakan salah satu pusat perdagangan yang maju.
Follow Berita Okezone di Google News
Di Bengkulu, ia mendapat banyak teman dan jaringan bisnis. Oey tidak hanya berteman dengan yang mempunyai kesamaan profesi, namun ia juga bersahabat dengan pejabat.
Saat Soekarno diasingkan ke Bengkulu pada 1938, Oey pun bersahabat baik dengan Soekarno, sama halnya persahabatan Oey dan Buya Hamka.
Di masa pengasingan itu, Bung Karno mengusulkan Oey diusulkan untuk menggantikan konsul Muhammadiyah Kota Bengkulu. Abdul Karim Oey sempat menolak tawaran tersebut, hingga akhirnya Soekarno meyakinkannya sambil mengajak kerja sama.
Menjelang Agresi Militer Belanda, Oey menjadi Ketua Partai Masyumi di Bengkulu. Ia dipandang sebagai tokoh yang disegani di Bengkulu. Pada 1963, Oey mendirikan PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia).
Namun pada 1972, PITI mengubah namanya menjadi Pembina Iman Tauhid Islam.
Kedekatan Soekarno dan Oey terlihat pula saat Soekarno memanggil Oey ke Istana.
Kala itu Soekarno menceritakan kepada Oey bahwa pemerintah Indonesia memerlukan uang sebesar Rp250 juta untuk biaya Operasi Dwikora Ganyang Malaysia.
Kemudian Oey menyarankan supaya Soekarno mengundang pengusaha besar di Jakarta dan sekitarnya juga. Tak cuma itu, Oey pun berkomitmen untuk menyumbang Rp75 juta.
Pada hari berikutnya, Oey menyerahkan cek senilai Rp75 juta kepada Menteri Sosial Mulyadi Djojomartono.
Oey meninggal dunia pada 16 Oktober 1968, dua tahun sebelum Soekarno wafat. Jenazah Abdul Karim Oey dimakamkan di TPU Tanah Kusir.
Untuk mengenang jasanya, didirikanlah Yayasan Haji Karim Oey di Jakarta di Jakarta pada 1991.
Yayasan tersebut menjadi salah satu pusat syiar Islam, khususnya di kalangan etnis Tionghoa.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.