Sejak SD hingga SMA Ema selalu mendapat peringkat 1. Bahkan di kampus, IPK-nya paling tinggi di angkatannya.
Selain berprestasi secara akademik, Ema juga merupakan tim Paskibraka Kabupaten Tabanan, Bali tahun 2018.
Ia satu-satunya yang terpilih mewakili sekolahnya untuk menjadi anggota Paskibraka.
Prestasinya itu membuatnya mendapat banyak peluang pendidikan.
Dari mulai pendidikan di perguruan tinggi hingga tawaran pendidikan menjadi anggota Polri. Bagi Ema, semua peluang harus dicoba.
"Tahun 2019 Ema coba masuk perguruan tinggi, dapet undangan dan beasiswa bidik misi dari Politeknik Bali. Dia masuk kuliah itu tanpa tes karena ranking 1 terus dan anggota paskibraka. Akhirnya diterima,” kata I Nyoman Sarjana, ayahnya.
Perjuangannya tidak berhenti di situ. Ema masih ingin mencoba ikut tes menjadi anggota Polri.
Tahun 2019, ia mencoba namun gagal saat tes tertulis psikotes. Tahun 2021 ia mencoba lagi, namun gugur lagi pada tahap tes pantukhir.
Pada akhirnya, di tahun 2022 ia mencoba kembali mengikuti seleksi Bintara Polri Gelombang II.
Bersyukur, upaya ketiga ini membuahkan hasil, Ema lulus seleksi dan ditempatkan di Polda Bali.
Konsistensi anaknya selama persiapan tes Polri terekam diingatan Sutiyatini. Ingatan ini yang membuatnya tak mampu membendung haru saat anaknya dinyatakan lulus tes dan resmi menjadi anggota Polri.
"Pengumumannya online di YouTube Polda Bali, saya nonton bareng-bareng nenek, bapak dan adiknya Ema. Tak tahan saya, nangis mengingat perjuangannya. Gigih. Pagi sampai malam kuliah, pulang kuliah dia olahraga lari keliling kampung jam 12 malam persiapan tes fisik. Akhirnya lulus," katanya dengan suara bergetar.