Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Cerita dan Teriakan Putri Pahlawan Revolusi DI Panjaitan pada Malam G30SPKI

Rina Anggraeni , Jurnalis-Jum'at, 30 September 2022 |09:54 WIB
Cerita dan Teriakan Putri Pahlawan Revolusi DI Panjaitan pada Malam G30SPKI
Ilustrasi (Foto: Istimewa)
A
A
A

Cerita dan teriakan Putri pahlawan revolusi DI Panjaitan pada malam G30S/PKI yakni  Catherine Pandjaitan,menyaksikan langsung ketika sang ayah ditembak dan tewas di hadapan dirinya. Catherine sempat mengalami trauma dalam setahun pertama pasca peristiwa terjadi.

Rasa marah, sedih dan sesal menjadi sarapan sehari-hari Catherine selama berpuluh tahun. Namun perlahan-lahan wanita kelahiran Jakarta 8 Juli 1947 bisa melapangkan dada dan memilih untuk memaafkan para pelaku pembunuh ayahnya.

Sebagai informasi, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac (D.I) Panjaitan adalah pahlawan revolusi yang menjadi korban penculikan dalam tragedi G-30-S/PKI.

Pria kelahiran Sumatera Utara, 19 Juni 1925 ini ber bersama pemuda anak bangsa lain dulunya merintis pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang merupakan cikal bakal TNI saat ini.

Karier militer Pandjaitan dimulai pada masa pendudukan Jepang, ketika menjabat Shodanco (setara mayor) Peta (Pembela Tanah Air) di Pekanbaru, Riau.

Dibesarkan dalam pendidikan misi Zending dari Jerman, Rheinische Mission Geselchaft (RMG), Pandjaitan terampil berbahasa Jerman. Pandjaitan menjadi atase militer RI di Bonn, Jerman Barat antara 1956-1962.

Ketika Ahamd Yani dilantik menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat, pada 21 Juli 1962, Pandjaitan ditetapkan sebagai Asisten IV yang membidangi logisitik. Pangkatnya dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal.

Pandjaitan menjadi pembantu Yani yang berperan dalam menghalau pengaruh komunis.

(RIN)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement