"Masalah jadi banyak. Pertama, saat siswa ingin memilih prodi yang sedang tren dan berbeda dengan jurusan saat SMA, jadi tidak bisa mengeksplorasi tren tersebut," kata Nadiem.
Karena keterbatasan ini pun, siswa hanya belajar pada mata pelajaran tertentu yang dianggap penting dalam seleksi.
Padahal, untuk sukses di masa depan, Nadiem mengungkapkan peserta didik perlu mmiliki kompetensi yang holistik dan lintas disipliner.
Maka pemeringkatan SNMPTN diubah berdasarkan:
1. Minimal 50% rata-rata nilai rapor seluruh mata pelajaran.
2. Maksimal 50% komponen penggali minat dan bakat:
-Nilai maksimal 2 mata pelajaran pendukung prestasi atau
- Portofolio untuk prodi seni dan olahraga
Nantinya, PTN akan bisa menentukan komposisi presentase komponen 1 dan 2 dengan total 100% per subkomponen untuk komponen 2 dan komposisi persentase bobotnya.
2. SBMPTN
Untuk SBMPTN, Kemendikbudristek telah menghapus mata pelajaran dalam penilaiannya.
Sebelumnya, untuk mengikuti SBMPTN siswa harus mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang mengukur pengetahuan dan pemahaman keilmuan yang diajarkan di sekolah yaitu:
- Materi UTBK Saintek: matematika, fisika, kimia, dan biologi
- Materi UTBK Soshum: sejarah, geografi, sosiologi, dan ekonomi Materi UTBK
- Campuran: TKA saintek dan soshum
Kini, hanya akan ada Tes Potensi Skolastik (TPS) yang berfokus pada pengukuran kemampuan penalaran pemecahan masalah.
Tes skolastik yang mengukur:
- Potensi kognitif
- Penalaran matematika
- Literasi dalam bahasa Indonesia
- Literasi dalam bahasa Inggris