NTB - Sebesar 20% anggaran pendidikan yang dialokasi di APBN maupun APBD belum sepenuhnya menyentuh kualitas infrastruktur sekolah di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama yang berlokasi di wilayah pedesaan.
Contohnya seperti di Dusun Aik Beta Desa Perigi Kecamatan Sulea Lombok Timur, puluhan siswa Sekolah Dasar Islam (SDI) Ihyauddin harus mengikuti ujian semester dengan duduk lesehan.
Pasalnya, bangku panjang yang seharunya dijadikan tempat duduk, dialih fungsikan menjadi alas untuk menulis dan menjawab soal-soal ujian.
Di sekolah ini, semua serba terbatas. Tidak ada bangku kecuali di kelas 3 dan 5. Itu pun jumlahnya terbatas.
Ruang kelas 3 berukuran 4 x 6 terpaksa dibagi dua, sebelahnya untuk kelas 4. Karna kurang rombel, siswanya 80 orang.
Tak hanya itu, berdasarkan pantauan tim MNC Portal, bangunan SDI jauh dari kata layak, atap asbesnya nyaris semua bocor di setiap ruang kelas. Setengah dindingnya batu bata, setengahnya lagi dipagar bambu.
"Kalau hujan, kita pindah. kalau ujan besar dan lama, kita pulang belajar di rumah, " tutur, Cici Raezilda Putri, siswa kelas 6 SDI Ihyauddin, Rabu (08/06/2022).
Cici berharap, sekolahnya bisa segera diperbaiki agar tidak bocor sehingga ia bersama rekan-rekannya bisa belajar dengan nyaman.
Pengasuh Ponpes Ihyauddin Ustaz Harmijan mengakui bangunan sekarang ini masih mendingan, dulu kondisinya lebih dari ini, bangunannya hanya dari bambu.
Tapi belakangan, setahun lalu kata Harmijan, para orang tua siswa sepakat merenovasi dengan bahan seadanya sehingga kondisinya jadi begini.
"Para orang tua takut menyekolahkan anaknya karna kondisi bangunanya waktu itu sehingga diperbaiki secara swadaya, "ujarnya.
Karna itu, Harmijan berharap sekolah ini mendapat perhatian dari pemerintah. Karna kalau hujan, katanya, siswa terpaksa dipindah, kebanyakan dipulangkan.
Mereka belajar di rumah. Untuk waktu kemarin, siswa bisa belajar daring.
"Harapan kita yang sekolah ini disurvey juga, jangan hanya sekolah negeri yang dikunjungi sehingga semua merasakan pemerataan pendidikan," harapnya didampingi Kepala SDI Ihyauddin Mila Isturina.
Bagaimana pun tegas Harmijan, sekolah swasta memiliki komitmen yang sama ingin bangkit dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa melalui jalur pendidikan.
"Kita ingin mengejar temen temen sekolah negeri, tapi kondisinya kan serba terbatas, sarana prasarana sangat kurang padahal dari segi potensi kita di swasta juga bisa, "imbuhnya.
(Natalia Bulan)