• Kemeja Hasil Kerja Sampingan
Tidak sedikit peserta tes seleksi PPPK yang kesulitan memenuhi persyaratan mengikuti tes. Seorang guru honorer berinisial RSY juga harus berusaha keras demi mengikuti tes ini. Ia tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli sepatu, kemeja, dan celana baru.
Karenanya, Ia memutuskan untuk mengenakan sepatu dan celana pudar seadanya. Namun, Ia memutuskan untuk membeli kemeja putih yang harus dikenakan saat tes lantaran pakaian yang dimilikinya sudah usang.
Kemeja putih kepunyaannya sudah terlalu sering dipakai, menjadikan kemeja tersebut berubah warna dan sobek di sana-sini. Untuk membeli kemeja baru, Ia harus bekerja serabutan untuk mendapatkan uang tambahan.
Seusai mengajar, Ia menjadi tukang servis handphone dan kuli bangunan. Ia hanya berharap dapat dicukupkan rezekinya dan lulus seleksi PPPK agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
• Sempat Ditawari Bekerja di Perusahaan
Setelah sempat menolak kesempatan kerja dengan gaji 4-5 kali lipat gajinya sebagai guru honorer, SM memutuskan untuk megikuti tes seleksi PPPK. SM telah menjadi guru honorer selama 25 tahun. Pria yang mengabdi di SMP Negeri 1 Praya Timur ini memilih karir sebagai guru karena rasa puas yang dirasakannya ketika melihat murid-muridnya sukses.
Menurut sumber, suatu ketika, SM bercerita bahwa Ia pernah bertemu dengan seorang muridnya yang kini berstatus sebagai kepala sekolah. Meskipun merasa bangga atas pencapaian muridnya, ada rasa malu yang dirasakan SM karena masih berstatus sebagai guru honorer. Alasan inilah yang membuatnya mengikuti seleksi pertama guru ASN PPPK 2021. (wdi)
(Erha Aprili Ramadhoni)