• Shinta Amalina Hazrati Havidz
Di usia 25 tahun 11 bulan, Shinta menjadi salah satu pemegang gelar doktor termuda di perguruan tinggi Tiongkok. Ia termotivasi mengejar gelar doktor karena tak diwisuda secara resmi setelah menyelesaikan master seusai menyelesaikan kuliah master business of administration jurusan corporate finance di Wuhan University of Technology (WUT), Tiongkok.
Shinta mendapat kabar dari pihak kampus bahwa dia tidak dapat ikut wisuda. Shinta yang menyelesaikan studinya 1,5 tahun tersebut dianggap tidak memenuhi syarat untuk bisa wisuda karena dibutuhkan minimal 2 tahun untuk dapat ikut wisuda.
Pada akhirnya, Ia dapat mengikuti wisuda untuk mengisi tempat salah seorang mahasiswa magister yang tidak dapat menghadiri acara tersebut. Setelah itu, Ia mendapat kesempatan untuk kembali ke universitas yang sama untuk menyelesaikan gelar doktoralnya. Berbeda dengan kisahnya saat wisuda magister, Shita benar-benar diwisuda saat menyelesaikan pendidikan doktoralnya.
• Elanda Fikri
Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini berhasil menamatkan pendidikan dan merupakan peraih gelar doktor termuda di Indonesia di bidang kesehatan lingkungan di Indonesia pada usia 26 tahun. Pada tahun 2007, Elanda menuntut ilmu ke Universitas Diponegoro (Undip), Semarang melalui jalur tanpa tes dan menyelesaikan kuliah dengan cepat.
Setelah bekerja sebagai konsultan selama beberapa waktu, Ia memutuskan untuk melanjutkan S-2 dan menyelesaikannya dalam kurun waktu satu tahun di universitas yang sama.
(Widi Agustian)