JAKARTA - Meski saat ini jumlah ilmuwan perempuan di Indonesia hanya 30 persen, keterlibatannya bisa meningkatkan daya saing bangsa. Untuk itu, perlu adanya langkah dan strategi guna menghilangkan kesenjangan gender dalam dunia saing sehingga jumlah ilmuwan perempuan terus meningkat.
Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Ananto Kusuma Seta membeberkan, berdasarkan World Economic Forum, peringkat daya saing Indonesia turun dibandingkan tahun lalu. Menurut dia, terdapat 12 indikator yang menjadi penilaian pengukuran daya saing tersebut.
"Sekarang Indonesia ada di peringkat ke-41. Dari 12 indikator, satu yang paling penting adalah inovasi," ujarnya belum lama ini.
Saat ini, kata Ananto, ranking Indonesia dalam hal inovasi ada di posisi ke-31. Namun, di tingkat ASEAN berada di urutan ketiga. Oleh karena itu, dia pun mendorong para peneliti untuk berinovasi, khususnya kaum perempuan lantaran jumlahnya masih sedikit.
"Indikator lainnya yang juga penting adalah paten. Ranking paten kita ke-94 dari 138 negara. Kalau menggunakan angka, jadi 31 paten per satu juta penduduk. Ini masih sedikit," terangnya.
Selain jumlah inovasi dan paten, Ananto menyebut peneliti perempuan juga bisa berkontribusi meningkatkan jumlah publikasi internasional Tanah Air yang masih kalah dengan negara-negara lain. Sedangkan dalam ajang itu sendiri, terdapat empat ilmuwan perempuan yang terpilih menerima penghargaan, yakni dua orang di bidang life science dan dua orang lagi di kategori material sciences, engineering, and mathematics.
"Yang terpenting setelah ini peneliti tersebut akan bagaimana. Tentunya harus tetap berkarya dan dikenalkan ke kancah internasional," tutupnya.
(Susi Fatimah)