JAKARTA - Saat ini teknologi energi terbarukan menjadi salah satu solusi di tengah isu degradasi lingkungan. Guna mengembangkan teknologi ini, dibutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM) handal, khususnya di bidang teknik atau engineering.
Sayangnya, hingga saat ini jumlah engineer atau insinyur di Tanah Air masih belum mencukupi. Bahkan, dibandingkan dengan Malaysia, jumlah insinyur Indonesia jauh lebih sedikit. Padahal, jumlah penduduk Indonesia jauh mengungguli Malaysia.
"Di Indonesia ini masih langka engineer, sehingga kalah dengan Malaysia," ujar Rektor Universitas Pertamina, Prof Dr Akhmaloka, PhD di Hong Kong Cafe, Jakarta Pusat, Jumat (18/3/2016).
Akhmaloka menjelaskan, saat ini bisnis migas memang sedang mengalami pasang surut akibat harga minyak dunia. Namun, kehidupan manusia tidak bisa lepas dari energi. Sehingga, sampai kapan pun profesi insinyur akan terus dibutuhkan, bahkan semakin dicari di kemudian hari.
"Ke depan bukan tidak mungkin terjadi persaingan energi antarnegara. Energi dan pangan itu sangat krusial. Jika sampai kekurangan ahli yang menanganinya tentu akan berdampak pada kehidupan manusia," terangnya.
Mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menambahkan, salah satu cara yang bisa dilakukan sejak sekarang, yakni menyiapkan SDM handal di bidang energi. Menurut dia, riset-riset di bidang tersebut juga harus ditambah supaya para mahasiswa yang sedang kuliah di bidang teknik mampu menguasai masalah-masalah terkait energi dan menjadikannya sebagai referensi.
"Perguruan tinggi menghasilkan engineer. Di Universitas Pertamina sendiri ada Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi yang akan didorong untuk meningkatkan jumlah engineer tersebut," tukasnya. (ira)
(Rifa Nadia Nurfuadah)