Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Periskop: Menihilkan Kampus Bermasalah di Tanah Air

Rifa Nadia Nurfuadah , Jurnalis-Jum'at, 08 Januari 2016 |20:04 WIB
Periskop: Menihilkan Kampus Bermasalah di Tanah Air
Ilustrasi: Shutterstock
A
A
A

JAKARTA - Di penghujung tahun lalu, Menristekdikti M Nasir berjanji akan menihilkan perguruan-perguruan tinggi swasta (PTS) bermasalah di Tanah Air. Nyatanya, memangkas kampus bermasalah menjadi nol bukan satu-satunya target.

"Kampus-kampus bermasalah, terutama yang 243 PTS itu, harus terus dibina agar mereka tidak lebih buruk," kata Nasir, ketika dihubungi Okezone, Jumat (8/1/2016).

Nasir menyebut, dari sisa 42 PTS bermasalah akhir tahun lalu, angkanya menyusut menjadi 25 kampus. Dia merinci, 11 di antaranya mengaku kalah dan meminta dicabut izinnya. Kemudian, delapan kampus masih berkonflik dengan yayasan sehingga tidak ada yang bisa dilakukan hingga keluar putusan pengadilan.

"Dan enam PTS bermasalah kini sedang dalam proses pengaktifan kembali. Artinya memang sudah nol kampus bermasalah. Alhamdulillah target tercapai," tutur Nasir.

Mantan rektor terpilih Universitas Diponegoro (Undip) itu menambahkan, awal Februari dia akan mengumpulkan pimpinan ke-243 PTS yang sempat mendapat status nonaktif. Dalam pertemuan itu, Nasir akan membina mereka agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

"Kalau terulang, sanksinya tegas. Kami bisa langsung menutup kampus yang bersangkutan," tukasnya.

Meski demikian, Nasir tidak menampik kemungkinan lahir kampus-kampus bermasalah lainnya tetap ada. Jika ini terjadi, maka berarti pengelola kampus tidak update terhadap berbagai informasi dari Kemristekdikti. Guna mengantisipasinya, Nasir pun mendorong Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) agar rutin memantau anggotanya dan memberikan berbagai informasi terbaru dari kementerian.

"Karena itulah, pembinaan berkelanjutan penting untuk terus dilakukan," imbuhnya.

Selain PTS bermasalah, Nasir dan jajarannya kini sedang membidik 74 penyelenggara pendidikan kedokteran di Tanah Air. Pasalnya, sekira 40 persen dari angka itu menunjukkan indikasi bermasalah.

"Namun masalahnya masih dapat ditangani dan tidak berujung pada penutupan. Misalnya, rasio kecukupan dosen dan mahasiswa, proses pembelajaran serta ketersediaan infrastruktur," tutur Nasir.

Pria yang pernah menakhodai Fakultas Ekonomi Undip itu menegaskan, pembinaan terhadap jurusan-jurusan kedokteran di Indonesia juga sangat krusial. Karena itulah, dia akan menggandeng berbagai rumah sakit besar untuk menjadi pendamping. Dia menargetkan, tahun ini pembinaan tersebut harus selesai dan mutu pendidikan kedokteran kita makin baik.

"Yang terpenting adalah memastikan kami memberikan layanan pendidikan terbaik. Dan bisa saya pastikan, masyarakat kini bisa memilih kampus dengan tenang karena semua aman dari masalah," pungkasnya.

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement