Memulai sesuatu organisasi terutama di lingkungan kampus, tidak perlu menunggu siapnya dukungan dana dan sumberdaya manusia yang hebat dan ahli. Hal tersebut banyak dibuktikan. Contohnya Diamma. Lembaga pers kampus di Universitas Moestopo Jakarta ini, didirikan dengan secuil pengetahuan, setumpuk "kenekatan" dan niat.
Bermula dari obrolan-obrolan santai saat menunggu perkuliahan. Sambil menikmati lalu lalang para mahasiswi, dengan suguhan kopi dan es teh manis segelintir mahasiswa saling berbagi angan-angan memiliki media sendiri.
Obrolan tersebut tidak hanya menjadi pelengkap saat kongkow, Tapi berlanjut pada upaya yang kongkret. Bermodal pengalaman magang di media nasional, dan mengikuti pelatihan jurnalistik gratis yang di selenggarakan Institut Studi Arus Informasi (ISAI), mulai lah perekrutan awak dilakukan.
Sedikit mengandalkan pendekatan senioritas yang humanis, mahasiswa baru angkatan 2000 pun diajak untuk mengikuti pengkaderan ala kadarnya yang dilakukan di kost-kostan dan numpang di ruangan Badan Perwakilan Mahasiswa FISIP. Sekira 20 mahasiswa pun bergabung.
Untuk menambal lack of knowledge, Diamma (yang saat itu belum memiliki nama) meminta seorang wartawan media nasional Bambang Wisudo untuk berbagi ilmu. Beberapa pertemuan rutin pun digelar.
Mulai sedikit percaya diri, akhirnya disepakati untuk menerbitkan media baru di Universitas Moestopo dengan nama Diamma (Media Informasi Masyarakat Moestopo). Kata "Masyarakat" di pakai karena para anggota Diamma berharap Diamma menjadi jembatan informasi tidak hanya terbatas di kalangan mahasiswa, tapi juga dosen, staf bahkan sampai penjaga kantin dan tukang sapu.
Modal awal menerbitkan edisi perdana tidak lebih dari Rp150 ribu. Uang tersebut didapat dari patungan para anggota. Setelah sekira dua minggu melakukan peliputan, akhirnya Diamma edisi perdana 10 Januari 2001 terbit dengan format news letter. Liputan utamanya mengenai nasib pedagang kaki lima di samping kampus yang terkena penggusuran pembangunan Gedung Bina Nusantara di Jalan Hang Lekir I.
Semenjak itu, Diamma pun terbit konsisten dua minggu sekali sampai sekira satu tahun, sebelum akhirnya berganti format menjadi majalah yang terbit sebulan sekali, dan kini menjadi tiga bulan sekali ditambah news letter dua mingguan.
Pada 2002 hampir semua elemen kampus di Universitas Prof Dr Moestopo mengakui keberadaan Diamma. Akhirnya Diamma menjadi Lembaga Pers yang diangkat menjadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Moestopo sampai saat ini. (*)
(Fitra Iskandar)
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari