JAKARTA - Planetarium Jakarta akhirnya kembali dibuka. Ruang edukasi publik ini sempat tidak beroperasi selama 13 tahun, tepatnya sejak 2012.
Planetarium yang berlokasi di kawasan Taman Ismail Marzuki tersebut mulai dibangun dan diresmikan operasionalnya pada 1 Maret 1969 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
Planetarium menyuguhkan pertunjukan simulasi pergerakan langit serta fasilitas pengamatan benda-benda langit yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Sejak awal berdiri, Planetarium Jakarta menjadi pelopor pusat pendidikan astronomi pertama di Asia Tenggara.
(Planetarium. Foto: IG Pramono Anung W)
Menurut Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo, Planetarium Jakarta pernah menjadi salah satu ikon kebanggaan. Dengan kembali beroperasinya Planetarium, diharapkan tempat ini dapat kembali menjadi rumah belajar bagi anak-anak Jakarta untuk memperkuat wawasan akademik dan literasi sains.
“Selain itu, juga membangun mimpi dan cita-cita generasi masa depan,” ujar Pramono, seperti dikutip dari akun Instagram, Kamis (25/12/2025).
Planetarium Jakarta didirikan pada tahun 1964 atas prakarsa Presiden Soekarno dan kemudian diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1969. Di tempat ini juga tersedia ruang pameran benda-benda angkasa yang menampilkan berbagai foto beserta keterangan lengkap mengenai bentuk-bentuk galaksi, teori-teori pembentukan galaksi, serta pengenalan tokoh-tokoh di balik lahirnya teori tersebut.
Di ruang pameran tersebut juga terdapat pajangan pakaian antariksa yang digunakan dalam penjelajahan luar angkasa, termasuk saat pendaratan di Bulan. Selain itu, sejumlah peralatan untuk pengamatan antariksa turut dipamerkan.
Selain pertunjukan Teater Bintang dan multimedia atau citra ganda, Planetarium dan Observatorium Jakarta juga menyediakan sarana dan prasarana observasi benda-benda langit melalui peneropongan langsung. Fasilitas ini memungkinkan pengunjung menyaksikan berbagai fenomena alam, seperti gerhana Bulan, gerhana Matahari, kemunculan komet, dan peristiwa astronomi lainnya.
(Rani Hardjanti)