JAKARTA – Fenomena "kabur aja dulu" yang digaungkan generasi muda Indonesia menjadi sorotan dalam Pelantikan Kabinet Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia periode 2024-2025 hari ini. Istilah ini merujuk pada dorongan anak muda untuk mencari peluang di luar negeri sebelum memutuskan apakah akan kembali atau menetap di sana.
Namun, pemerintah melihat fenomena ini sebagai peluang untuk mendorong konsep brain circulation, bukan sekadar brain drain.
Dirjen Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Ahmad Najib Burhani menegaskan, fenomena ini bukanlah hal baru. Banyak pelajar Indonesia memilih tinggal di luar negeri karena minimnya kesempatan di dalam negeri.
Namun, konsep brain drain dan brain gain telah berkembang menjadi brain circulation, di mana talenta Indonesia tetap dapat berkontribusi bagi negara meskipun berada di luar negeri.
“Kita masih menghadapi tantangan industri yang belum siap menyerap tenaga ahli. Akibatnya, banyak produk kita diolah di luar negeri sebelum akhirnya diimpor kembali ke Indonesia,” ungkapnya.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong skema yang memungkinkan diaspora berkontribusi, baik melalui transfer pengetahuan maupun kolaborasi lintas negara.
Senada dengan itu, Staf Khusus Wakil Presiden, Achmad Adhitya menegaskan bahwa nasionalisme tidak selalu diukur dari lokasi seseorang, melainkan dari kontribusinya terhadap negara.
“Nasionalisme itu tidak diukur dari di mana seseorang berada. Bisa saja tinggal di Indonesia, tetapi tidak memberikan kontribusi maksimal bagi negara,” jelasnya.