Untar Ingatkan Resistensi Antibiotik Ancaman Serius bagi Global

Michelle Ruth Apriliani, Jurnalis
Rabu 24 Juli 2024 14:31 WIB
Untar Gelar Diskusi Terkait Antibiotik. (Foto: Okezone.com/Untar)
Share :

JAKARTA - Universitas Tarumanagara (Untar) berkolaborasi dengan INTI International University, Malaysia membahas Antibiotic Resistance: The Silent Pandemic di Auditorium Gedung J, Kampus I.

Resistensi antibiotik merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat global. Jika tidak mendapatkan pengawasan yang baik, resistensi antibiotik dapat berkontribusi pada meningkatnya masalah kesehatan dan menjadi penyebab kematian utama.

Oleh karena itu, kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap dampak penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan tantangan signifikan dalam memperbaiki kesehatan global. Hal inilah yang menyebabkan resistensi antibiotik dianggap sebagai the silent pandemic.

Rektor Untar Agustinus Purna Irawan berharap resistensi antibiotik menjadi fokus bersama untuk diatasi.

“Dokter, pembuat kebijakan, peneliti, dan kita semua perlu bekerja sama untuk mengedukasi penggunaan antibiotik dengan bijak kepada masyarakat, memberi kontribusi penemuan pengobatan dengan metode baru guna mencegah terjadinya infeksi,” pungkasnya.

INTI International University Geetha Subramaniam mengungkapkan, angka kematian akibat resistensi antibiotik diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2050 dengan 10 juta jiwa, menyaingi kematian akibat kanker. Resistensi antibiotik bukan sekadar masalah kesehatan, tetapi juga terkait dengan faktor ekonomi dan kemiskinan. Hal ini memperlihatkan bagaimana ketidaksetaraan dapat memperburuk krisis kesehatan global.

Di sisi lain, Stephen membahas respon bakteri terhadap stres di dalam tubuh manusia serta reaksi terhadap antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan resistensi antibiotik ditemukan akibat perubahan karakteristik bakteri secara genetik. Ia juga menyoroti pentingnya riset untuk inovasi dalam pengembangan antibiotik yang lebih efektif, sejalan dengan upaya mendorong kemajuan industri dan infrastruktur kesehatan.

Lalita memaparkan hasil penelitiannya yang menggunakan bahan alami seperti daun mimba, pare, dan serai, menunjukkan karakteristik antibakteri yang konsisten. Penelitiannya ini sejalan dengan prinsip konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, berfokus pada penggunaan bahan alami sebagai alternatif antibiotik yang ramah lingkungan.

Dia percaya bahwa penelitian yang lebih mendalam mengenai metode ekstraksi serta pemahaman tentang struktur senyawa tanaman dapat mengembangkan alternatif antibiotik berbasis tanaman, sehingga dapat diproduksi dan dikonsumsi secara massal di masa depan. Hal lain terkait antibiotik disampaikan Anshoo.

Ia menyatakan resistensi antibiotik seringkali muncul akibat penggunaan yang tidak tepat, membuat konsumsi antibiotik tidak lagi menunjukkan khasiatnya untuk menghadapi bakteri. Ditambahkannya, antibiotik tidak dapat mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau jamur.

“Pengetahuan yang cukup bagi masyarakat untuk memahami fungsi antibiotik dapat mengurangi kemungkinan penyalahgunaan antibiotik sehingga dapat meminimalisir potensi resistensi antibiotik,” tegasnya.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya