“Pendekatan capres dan cawapres masih terlalu pragmatis, karena melihat demografi pemilih secara tingkat pendidikan masih rendah,” ungkap Marhaeni Ria Siombo, Dosen Fakultas Hukum (FH) Unika Atma Jaya.
Marhaeni juga menjelaskan bahwa, pemahaman terhadap isu lingkungan harus terlihat sebagai calon pemimpin negara. Misalnya pemahaman dan komitmennya terhadap kebijakan transportasi listrik, dan bagaimana pandangannya terhadap 'carbon market' sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dikancah global.
Di sisi lain, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, dengan polusi plastik yang menjadi perhatian utama. Pemilu 2024 memberikan kesempatan bagi para kandidat untuk mengusulkan solusi inovatif untuk pengurangan sampah dan praktik pengelolaan sampah berkelanjutan. Inisiatif seperti program daur ulang masyarakat, kampanye pengurangan sampah plastik, dan kebijakan yang mendorong dunia usaha untuk mengadopsi kemasan ramah lingkungan dapat memainkan peran penting dalam mengatasi masalah ini.
“Pengelolaan limbah masih dilihat sebelah mata, ini juga seharusnya menjadi isu yang diangkat oleh para kandidat pasangan Capres dan Cawapres pada debat nanti,” tambah Marhaeni.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)