JAKARTA – Peneliti mengaitkan kecerdasan seseorang dengan pengambilan keputusan. Orang dengan IQ tinggi dikaitkan dalam pengambilan keputusan.
Ringkasan para peneliti membuat penemuan mengejutkan tentang kecerdasan dan kecepatan pengambilan keputusan. Temuan mereka menunjukkan bahwa mereka yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas sederhana, namun membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dibandingkan dengan mereka yang ber-IQ lebih rendah.
BACA JUGA:
Dengan menggunakan simulasi otak yang dipersonalisasi terhadap 650 subjek, mereka mengamati bahwa otak dengan berkurangnya sinkronisasi antar area cenderung cepat dalam mengambil keputusan. Sedangkan otak individu dengan skor lebih tinggi memerlukan waktu lebih lama namun menghasilkan lebih sedikit kesalahan.Temuan ini secara signifikan dapat berdampak pada pemahaman kita tentang fungsi otak dan mungkin dapat diterapkan dalam pengobatan penyakit neurodegeneratif.
Apakah orang cerdas berpikir lebih cepat?
Dilansir dari neurosciencenews.com, Rabu (27/9/2023) para peneliti di BIH dan Charité—Universitätsmedizin Berlin, bersama dengan rekannya dari Barcelona, membuat temuan mengejutkan. Partisipan dengan skor kecerdasan lebih tinggi hanya lebih cepat dalam mengerjakan tugas-tugas sederhana, sementara mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan masalah sulit dibandingkan subjek dengan skor IQ lebih rendah.
Faktanya, model otak untuk peserta dengan skor lebih tinggi juga membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang tetapi menghasilkan lebih sedikit kesalahan. Para ilmuwan kini telah mempublikasikan temuan mereka di jurnal Nature Communications. Ada sekitar 100 miliar neuron di otak manusia. Masing-masing dari mereka terhubung ke sekitar 1.000 neuron yang berdekatan atau jauh. Jaringan yang tidak dapat diduga ini adalah kunci dari kemampuan otak yang luar biasa, namun juga merupakan hal yang membuat sangat sulit untuk memahami cara kerja otak.
Prof Petra Ritter, kepala Bagian Simulasi Otak di Institut Kesehatan Berlin di Charité (BIH) dan di Departemen Neurologi dan Neurologi Eksperimental Charité—Universitätsmedizin Berlin, mensimulasikan otak manusia menggunakan komputer. Untuk mensimulasikan mekanisme otak manusia, Ritter dan timnya menggunakan data digital dari pemindaian otak seperti magnetic resonance imaging (MRI) serta model matematika berdasarkan pengetahuan teoritis tentang proses biologis. Untuk penelitian ini, para ilmuwan bekerja dengan data dari 650 peserta Human Connectome Project, sebuah inisiatif AS yang telah mempelajari koneksi saraf di otak manusia sejak September 2010.
Menariknya, otak “lebih lambat” pada manusia dan model lebih tersinkronisasi, yaitu dalam waktu satu sama lain. Sinkronisasi yang lebih besar ini memungkinkan sirkuit saraf di lobus frontal menunda pengambilan keputusan lebih lama dibandingkan otak yang kurang terkoordinasi dengan baik. Model tersebut mengungkapkan bagaimana berkurangnya koordinasi temporal mengakibatkan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan tidak tersedia saat dibutuhkan atau disimpan dalam memori kerja.
BACA JUGA:
Dalam simulasi otak yang dipersonalisasi terhadap 650 peserta, para peneliti dapat menentukan bahwa otak dengan konektivitas fungsional yang berkurang secara harfiah “melompat ke kesimpulan” ketika membuat keputusan, daripada menunggu hingga bagian otak bagian atas dapat menyelesaikan langkah-langkah pemrosesan yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Namun dalam kasus pengambilan keputusan yang kompleks, bukti tersebut seringkali tidak cukup jelas untuk pengambilan keputusan yang cepat, sehingga memaksa kelompok saraf untuk langsung mengambil kesimpulan.
(Marieska Harya Virdhani)