JAKARTA - Orang tua merupakan salah satu faktor eksternal yang memiliki dampak besar dalam proses regulasi emosi pada anak.
Sebagaimana yang kita tau, kebanyakan orang tua memiliki power yang sangat besar dalam kehidupan anak-anak mereka. Terkadang, pengambilan keputusan hidup pun didasarkan pada keputusan kedua orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus bisa menjadi role model yang baik termasuk dalam hal regulasi emosi.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dr. Imelda Ika Dian Oriza, M.Psi. Psikolog, menjelaskan bahwa saat terjadi 'turbulence' emosi, manusia akan cenderung mencari 'jangkar' sebagai sesuatu yang dapat menenangkan diri.
Ketika seorang anak mengalami turbulence emosi, orang tua harus bersikap tenang dalam menghadapi turbulence emosi tersebut. Tetapi terkadang, orang tua juga mengalami turbulence emosi. Hal itu menurut Dian, sangat wajar sekali terjadi. Namun sebagai pihak yang dianggap lebih 'matang', orang tua diharapkan lebih bisa meregulasi emosi. Sehingga dapat terlihat lebih tenang dan supportive di depan anak.
Saat seorang anak mengalami kegagalan yang berujung pada turbulence emosi, langkah pertama yang dapat dilakukan orang tua adalah menerima emosi yang dirasakan diri terlebih dahulu. Jika terjadi penyangkalan emosi didepan anak, rasa kecewa atau emosi yang sebetulnya sedang dirasakan dapat ditangkap oleh anak.
"Kadang-kadang kita sebagai orang tua kecewa tapi kita bilang yaudah gapapa gitu, tapi sebenernya mungkin kita kecewa gitu. Dan kadang-kadang kekecewaan kita itu ditangkap yah sama anak-anak yah. Kayak ah mama cuma omong dibibir aja" ujar Dian, dalam Special Dialogue Okezone, Senin (17/7/2023).
"Jadi cara terbaik sebetulnya mengakui. Yak betul mamah kecewa dan mamah punya harapan yang sama dengan kamu, namun sekarang, yuk kita fokus lagi pada tujuan-tujuan kamu," imbuhnya.
(Khafid Mardiyansyah)