JAKARTA - Gaslighting merupakan istilah bagi perilaku individu yang memanipulasi dan mengintimidasi pikiran seseorang untuk mengendalikan, melemahkan, dan membuat seseorang kebingungan. Perilaku gaslighting ini termasuk ke dalam bentuk kekerasan psikologis dan emosional.
Pelaku gaslighting (gaslighter) melakukan kekerasan emosional tersebut secara terus-menerus sehingga menimbulkan keraguan bagi korban terhadap ingatan, persepsi, dan kewarasannya sendiri.
Gaslighter membuat korban merasa bahwa pelaku adalah satu-satunya orang yang mereka punya dalam hidup. Dalam kasus ini, seringkali seseorang tidak menyadari bahwa mereka sedang menjadi korban.
Perilaku gaslighting dapat terjadi dalam konteks relasi romantis, pertemanan, maupun keluarga. Adapun perilaku yang umum dilakukan oleh seorang gaslighter ditunjukkan dengan menolak untuk mendengarkan pendapat korban dan menolak untuk mengerti perasaan korban.
Pelaku juga seringkali memberhentikan dan mengalihkan pembicaraan ketika merasa disudutkan.
Ketika diingatkan tentang kesalahannya, pelaku cenderung akan melakukan countering atau melawan pendapat korban dengan tujuan agar korban mempertanyakan kembali ingatannya.
Gaslighter juga akan mempertanyakan sesuatu hal kepada korban seakan tidak percaya, sehingga korban merasa bahwa segala hal tentang dirinya tidak penting, baik pemikirannya maupun kebutuhannya. Demikian dikutip adri Jurnal Bimbingan dan Konseling, Identifikasi korban kekerasan gaslighting pada remaja putri.
Pada intinya, pelaku bersandiwara menyangkal dan melupakan hal yang pernah terjadi sebelumnya dengan tujuan mengelabui korban agar korban meragukan dirinya sendiri. Dengan melakukan hal-hal tersebut, pelaku dapat berlindung dari kesalahannya dan lari dari tanggung jawab.
Dengan mengetahui pola perilaku dari seorang gaslighter, kita dapat lebih waspada sehingga tidak mudah tertipu dan dapat menghindari situasi yang lebih buruk lagi.
Fatiah Zahra Adinda
PERSMA ERYTHRO FK UNS
(Widi Agustian)