7 Maestro Pelukis Indonesia yang Karyanya Diakui Dunia, Raden Saleh hingga Basuki Abdullah

Tika Vidya Utami, Jurnalis
Kamis 06 Oktober 2022 11:26 WIB
Raden Saleh/Istimewa
Share :

JAKARTA - Maestro pelukis Indonesia dikenal tak hanya di Tanah Air, namun telah diakui pula di dunia. Karya mereka, yang juga dipamerkan di mancanegara, telah memukau penikmat seni lukis.

Berikut deretan maestro pelukis Indonesia yang diakui dunia.

1. Jeihan Sukmantoro

Jeihan Sukmantoro adalah pelukis maestro Indonesia. Ia merupakan pendiri studio Seni Rupa Bandung.

Pria kelahiran Surakarta, 26 September 1938 ini mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB.

Jeihan dikenal sebagai pelukis yang berkarakter. Dalam melukis, ia mempunyai karakter dengan mata hitam serta warna datar sederhana.

Hal ini yang membuatnya kerap disebut mata hitam atau mata cekung.

Diketahui, Jeihan telah menggelar lebih dari 100 pameran. Lukisan karyanya diminati para kolektor.

Jeihan bahkan mempunyai agen di Australia, Amerika hingga Eropa. Berkat kepiawaiannya, ia telah melukis sejumlah tokoh ternama. Jeihan, yang telah berkarier hingga kancah dunia internasional, masuk dalam komite The World Art and Culture Exchange Association di New York.

Salah satu lukisan Jeihan yang termasyhur adalah Satrio Piningit. Jeihan meninggal dunia pada 29 November 2019.

2. Affandi Koesoema

Affandi lahir di Cirebon, 18 Mei 1807. Awalnya, Affandi menggambar untuk kesenangan. Pada 1930, Affandi dan beberapa pelukis lainnya membentuk Kelompok Lima Bandung.

Kelompok Lima Bandung yang terdiri dari lima maestro pelukis Indonesia ini kemudian dikenal sebagai kelompok seni yang memberi pengaruh besar bagi perkembangan dunia seni rupa Tanah Air.

Sejak tergabung dalam Kelompok Lima Bandung, kiprah Affandi mulai berkembang. Ia menghasilkan karya lukisan dengan tema lukisan keluarga hingga aktivitas kehidupan sosial.

Pada 1950, Affandi sudah mengadakan pameran tunggal di Amerika Serikat, Eropa, India hingga Inggris.

Semasa hidupnya, Affandi sudah menghasilkan lebih 2.000 lukisan.

Ia dikenal sebagai pelukis aliran ekspresionisme atau abstrak, sehingga tak heran bila lukisan Affandi sering kali tidak dimengerti oleh orang lain terutama bagi mereka yang awam tentang seni lukis.

Affandi mengembuskan napas terakhirnya pada 23 Mei 1990.

3. Raden Saleh

Raden Saleh, lengkapnya Raden Saleh Syarif Bustaman, lahir di Semarang pada 1807.

Raden Saleh merupakan pelukis Indonesia yang dikenal dengan gaya romantisisme serta disebut sebagai pionir pelukis modern di Indonesia.

Sejak kecil, Raden Saleh telah belajar seni lukis kepada Antonie A.J Paijen dan J. Th. Bik. Bakat dan kemampuan lukis yang dimiliki Raden Saleh, membawanya untuk mengembangkan diri ke Eropa.

Pada 1829, Raden Saleh ke Belanda. Di Belanda, Raden Saleh belajar melukis dari Cornelis Kruseman serta melukis panorama pada Andreas Schelfout.

Raden Saleh juga berkesempatan menggelar pameran pertama di Amsterdam dan Den Haag pada 1840-an.

Lalu pada 1844, Raden Saleh dipercaya menjadi pelukis di Kerajaan Belanda.

Salah satu lukisan Raden Saleh yang kerap diperbincangkan adalah Penangkapan Pangeran Diponegoro.

Raden Saleh meninggal dunia pada 25 April 1880.


4. Basuki Abdullah

Basuki Abdullah lahir di Surakarta, 27 Januari 1915. Bakat mekukisnya terwarisi dari sang ayah, Abdullah Suryosubroto.

Sejak usia 4 tahun, ia sudah mulai menggambar tokoh terkenal seperti Mahatma Gandhi hingga Rabindranath Tagore.

Sebagai pelukis, Basuki mempunyai aliran realis dan naturalis. Pada 1939, Basuki melakukan perjalananan keliling Indonesia dengan membawa karya lukisannya.

Pengabdian Basuki Abdullah dalam seni lukis terlihat saat mendapat panggilan melukis raja, kepala negara.

Maestro pelukis ini juga beberapa kali memamerkan karyanya di mancanegara. Sebut saja, pameran di Singapura pada 1951 dan pameran di Thailand pada 1960.

Salah satu karya Basuki Abdullah yang dianggap fenomenal adalah Lukisan Nyi Roro Kidul. Lukisan tersebut tersimpan di Hotel Inna Samudera di kamar 308, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Basuki Abdullah meninggal dunia pada 5 November 1993.

5. Hendra Gunawan

Hendra Gunawan merupakan salah satu maestro pelukis Indonesia. Hendra lahir di Bandung, 11 Juni 1918.

Salah satu lukisan karya Hendra berjudul Diponegoro yang Terluka.

Sebagian dari karya Hendra dapat dinikmati di sejumlah museum, seperti Ciputra Heritage Museum hingga Singapore Art Museum.

Ia tergabung dalam Kelompok Lima Bandung bersama empat maestro pelukis lainnya. Mereka adalah Barli Sasmitawinata, Sudarso, Affandi, dan Wahdi Sumanta.

Affandi dan Wahdi Sumanta merupakan guru lukis Hendra. Dalam karya lukisnya, Hendra kerap menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, ia mendapat julukan pelukis rakyat. Hendra meninggal dunia pada 17 Juli 1983.

6. Barli Sasmitawinata

Barli Sasmitawinata merupakan seniman lukis Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis yang berkontribusi dalam pendidikan seni rupa di Indonesia.

Barli memulai belajar seni pada 1935. Ia belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz di Bandung.

Selain itu, Barli pernah belajar hingga ke luar negeri. Ia juga tergabung dalam Kelompok Lima Bandung, yakni kelompok yang terdiri dari lima maestro pelukis Indonesia.

Di bawah bimbingan Jos Pluimentz, Barli mempelajari beragam teknik melukis. Salah satunya, realis atau naturalis.

Selain belajar dengan Pluimentz, Barli sempat berguru kepada seniman asal Italia, Luigi Nobili. Pada 1992, Museum Barli didirikan untuk memamerkan karya-karyanya.

Bukan hanya di Tanah Air, banyak juga karyanya yang sudah dipamerkan di luar negeri.

7. Agus Djaya

Agus Djaya adalah maestro pelukis Indonesia. Agus lahir dari keluarga bangsawan Banten pada 1 April 1913.

Pendidikan Agus sempat berlanjut ke luar negeri, tepatnya di Akademi Seni Rupa Amsterdam, Belanda.

Selama di luar negeri, ia berkesempatan untuk bertemu seniman kelas dunia, seperti Pablo Picasso dan Salvador Dali.

Agus dianggap sebagai salah satu pionir seni lukis Indonesia yang karya digemari di Jepang.

Sepeti maestro pelukis Indonesia lainnya, Agus tak hanya melakukan pameran di Indonesia, namun juga di luar negeri.

Ia pernah memamerkan karyanya di Galerie Barbison di Paris dan di International Art Gallery di Sydney. Agus Djaya meninggal dunia pada 24 April 1994.

Baca pembahasan mengenai Orang Indonesia yang Diakui Dunia selengkapnya di iNews.id melalui link berikut https://www.inews.id/amptag/orang-indonesia

(Natalia Bulan)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya