JAKARTA - Membaca buku adalah salah satu cara untuk mengetahui perkembangan dunia, termasuk sejarah yang ada di seluruh dunia. Membaca juga akan mendorong seseorang untuk mau menulis sehingga mampu menciptakan karya tulis yang amat berguna bagi orang banyak.
Berikut adalah 3 tokoh nasional yang dikenal hobi membaca.
Soekarno
Presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai Proklamator, Soekarno, adalah sosok yang sangat mencintai buku dan gemar membaca. Melansir Okezone, pria yang akrab disapa Bung Karno itu menyenangi buku tentang biografi tokoh dunia.
Selain buku biografi tokoh, buku lain yang juga disenangi Bung Karno adalah Der Weg Zur Macht atau Jalan Menuju Kekuasaan yang ditulis oleh Karl Kautsky, seorang penulis asal Jerman. Buku yang ia baca juga memiliki berbagai macam bahasa, mulai dari Jerman, Belanda, Inggris, dan Prancis.
Ia sudah mulai hobi membaca sejak usia dini. Awalnya, Bung Karno hanya membaca buku-buku milik ayahnya. Diketahui, sang ayah adalah seorang guru yang juga memiliki hobi baca buku. Saat duduk di bangku HBS atau sekolah menengah umum di Surabaya, Soekarno bebas membaca semua buku di perpustakaan karena memiliki kedekatan tersendiri dengan guru-gurunya.
Mohammad Hatta
“Aku rela dipenjara, asalkan bersama buku. Karena, dengan buku aku bebas.” Kalimat khas itu meluncur dari salah satu Bapak Pendiri Bangsa, Mohammad Hatta. Serupa dengan Soekarno, Bung Hatta juga sangat gemar membaca.
Mengutip informasi dari Kemendikbud melalui laman resminya, Bung Hatta sudah gemar membaca dan menulis sejak usia 16 tahun. Sepanjang hidupnya, ia telah menghasilkan 800 karya tulis dengan berbagai bahasa, mulai dari Indonesia, Inggris, hingga Belanda. Kemendikbud kemudian membukukan hasil karya tulis Bung Hatta ke dalam 10 buah buku.
Bung Hatta memperlakukan buku-bukunya dengan sangat istimewa. Ia beranggapan bahwa buku adalah jendela besar dan media agar mampu bergerak bebas. Hobinya membaca buku semakin menjadi ketika Hatta terbang ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Di sanalah, ia sering menuangkan pemikirannya ke dalam bentuk tulisan. Menariknya, Hatta sangat kritis dalam menanggapi buku yang ia baca.
Ketika ia diasingkan ke Banda Neira, Hatta meminta sahabatnya, Eduard Post, untuk mengirimkan buku-buku yang akan diberikan ke anak-anak Banda Neira. Saat Belanda mengasingkannya ke Digul, Hatta meminta agar pemerintah Belanda membawakan buku-bukunya yang ditaruh di dalam 16 peti berbeda.
R.A Kartini
Kartini tumbuh di lingkungan bangsawan Jawa. Di masa itu, ia sudah memiliki pemikiran modern dan berani menyuarakan pendapatnya tentang emansipasi perempuan. Ia juga dikenal sangat cerdas. Segala kemampuannya itu ia dapatkan karena sangat gemar dan tekun membaca buku.
Buku-buku bacaannya banyak ia dapat dari sang kakak, Raden Mas Panji Sosrokartono. Ditambah, ia sering pula membaca koran atau majalah milik ayahnya. Pemikiran emansipasi Kartini diketahui berasal dari sahabat penanya di Belanda, Stella Zeehandelaar.
Selain rutin berkirim surat, Stella juga mengirimkan banyak buku kepada Kartini yang berkaitan dengan perjuangan persamaan hak.
*diolah dari berbagai sumber
Ajeng Wirachmi/Litbang MPI
(Widi Agustian)