Mohammad Hatta
“Aku rela dipenjara, asalkan bersama buku. Karena, dengan buku aku bebas.” Kalimat khas itu meluncur dari salah satu Bapak Pendiri Bangsa, Mohammad Hatta. Serupa dengan Soekarno, Bung Hatta juga sangat gemar membaca.
Mengutip informasi dari Kemendikbud melalui laman resminya, Bung Hatta sudah gemar membaca dan menulis sejak usia 16 tahun. Sepanjang hidupnya, ia telah menghasilkan 800 karya tulis dengan berbagai bahasa, mulai dari Indonesia, Inggris, hingga Belanda. Kemendikbud kemudian membukukan hasil karya tulis Bung Hatta ke dalam 10 buah buku.
Bung Hatta memperlakukan buku-bukunya dengan sangat istimewa. Ia beranggapan bahwa buku adalah jendela besar dan media agar mampu bergerak bebas. Hobinya membaca buku semakin menjadi ketika Hatta terbang ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Di sanalah, ia sering menuangkan pemikirannya ke dalam bentuk tulisan. Menariknya, Hatta sangat kritis dalam menanggapi buku yang ia baca.
Ketika ia diasingkan ke Banda Neira, Hatta meminta sahabatnya, Eduard Post, untuk mengirimkan buku-buku yang akan diberikan ke anak-anak Banda Neira. Saat Belanda mengasingkannya ke Digul, Hatta meminta agar pemerintah Belanda membawakan buku-bukunya yang ditaruh di dalam 16 peti berbeda.