Duh! Rumah Bersejarah Douwes Dekker Kondisinya Semakin Memprihatinkan

Antara, Jurnalis
Senin 29 November 2021 10:02 WIB
Bangunan bersejarah di Lebak/ Antara
Share :

LEBAK - Akademisi Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAI) Latansa Mashiro Rangkasbitung Mochamad Husen menyoroti cagar budaya Multatuli atau rumah Eduard Douwes Dekker, Asisten Residen masa Kolonial Belanda yang bertugas di wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

(Baca juga: Bella Vista, Bangunan Tua Warisan Belanda Saksi Kewibawaan Soekarno di Kota Malang)

Saat ini, kondisi bangunan bersejarah tersebut kondisinya memprihatinkan dan semakin telantar, terlebih di masa pandemi seperti sekarang.

"Kami sangat prihatin melihat kondisi bangunan Multatuli yang menjadi bagian sejarah dunia itu, " katanya di Lebak, Minggu (28/11/2021).

(Baca juga: Batu Bersejarah Berumur 320 Tahun Terpendam di Jalan TB Simatupang Dipindahkan)

Bangunan Multatuli itu yang lokasinya berada di lingkungan RSUD Adjidarmo Rangkasbitung , kata dia, tidak diketahui secara jelas siapa yang bertanggung jawab untuk merawat dan memiliharanya.

"Apakah bangunan bersejarah itu merupakan kewenangan pemerintah daerah atau Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Banten," ujarnya.

Sejak dulu hingga sekarang kata dia, kondisi gedung Multatuli itu telantar dan terbengkalai. Bahkan, kondisi bangunan banyak yang sudah hilang bagian jendela, pintu, kaca dan genteng.

Kondisi tembok dinding berlubang, cat mengelupas, lantai tanah, hingga bangunannya tidak sempurna, dan bangunan rumah Eduard Douwes Dekker sudah tidak sempurna dan tidak ada ruangan.

"Kami berharap gedung Multatuli itu kembali dibangun dan dirawat serta dipelihara, karena merupakan kekayaan budaya bangsa," katanya .

Menurut dia, perjuangan Eduard Douwes Dekker patut diapresiasi karena mereka memberikan semangat dan motivasi kepada rakyat Indonesia untuk berjuang melawan terhadap penjajahan kolonial Belanda, di mana hati nurani Multatuli bertolak belakang dengan pemerintah kolonial Belanda yang memeras dan mencekik rakyat di Lebak.

Oleh karena itu, Asisten Residen Belanda yang bertugas di Lebak mengangkat karya Novel "Max Havelaar", yang karyanya mendunia karena keburukan dan kezhaliman pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenangnya terhadap warga pribumi.

"Kami berharap bangunan penulis Max Havelaar itu dilestarikan dan bisa menjadi destinasi wisata sejarah, " kata mantan anggota DPRD Lebak itu.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya