TANGSEL - Rekaman video saat pembelajaran daring di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta viral di media sosial. Dosen pengajar, Zubair membeberkan dalam video soal paham ajaran islam, termasuk Asyariyah.
Dalam video viral, Zubair, menyebut bahwa pada akidah Asyariyah terdapat banyak masalah sehingga kalangan yang mengikutinya akan terjerembab dalam kebodohan.
"Tidak produktif, tidak progressif, tidak innovatif, tidak kreatif. Bikin orang bodoh, bikin orang terbelakang, itulah Asyary," kata Zubair kepada mahasiswanya.
Baca juga: Dosen UIN Jakarta Kusmana Diangkat Jadi Profesor Ilmu Tafsir
Video penyampaian dalam mata kuliah studi islam itu banjir kritik. Berbagai kalangan menyayangkan karena dosen tersebut menyeret-nyeret Nahdlatul Ulama (NU) dan membandingkannya dengan Muhammadiyah.
Dosen Zubair langsung menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh umat Islam, terutama NU dan Muhammadiyah. Dia menyesalkan telah memberikan contoh yang keliru saat menjelaskan paham Asyariyah.
Baca juga: 18.076 Peserta Bersaing di Seleksi Mandiri UIN Jakarta
"Itu adalah murni kesalahan dan kekeliruan pribadi saya," kata Zubair dalam video klarifikasi yang diterima, pada Rabu 3 November 2021.
"Menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya kepada umat Islam, terkhusus kepada keluarga besar NU karena kekhilafan dan kelalaian saya telah menyakiti hati dan perasaan mereka. Juga kepada keluarga besar Muhammadiyah, karena kecerobohan telah mengusik ketentraman mereka dengan membandingkannya dengan keluarga besar NU," jelasnya.
Zubair pun turut menjelaskan, video itu sebenarnya sedang membahas ilmu kalam atau teologi dalam Islam. Di sana, dia membedah paham Asyariyah, Jabbariyah, Qodariyah dan Mu'tazilah. Sedangkan pembandingan antara NU dan Muhammadiyah hanya sebagai upaya memancing perdebatan akademis dari para mahasiswanya.
"Karena saya sendiri juga adalah penganut asyariyah. Penyebutan contoh tersebut semata-mata untuk menggugah dan memancing nalar kritis mahasiswa agar mau berdiskusi lebih jauh, mau memberikan sanggahan dan komentar," kilahnya.
(Fahmi Firdaus )