“Kain tenun menjadi masalah ketika tidak bisa disetorkan dan menumpuk tanpa dimanfaatkan. Kain tenun yang demikian, tentu membuat penenun perlu mengganti rugi bahan pintalan benang yang dipakai. Apabila kain tenun reject dialihfungsikan sebagai produk jadi, hal tersebut bisa menjadi penunjang ekonomi meskipun hanya tergolong pendapatan sampingan,” jelas Raka.
Dengan diadakannya acara pelatihan cipta karya kain tenun goyor diharapkan kelompok PKK Desa Sambirembe dapat memanfaatkan tenun goyor yang tidak lolos uji kualitas (reject) menjadi produk jadi yang memiliki label tersendiri. Begitu juga dengan karang taruna yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memasarkan produk-produk dari tenun goyor.
“Pemanfaatan kain tenun menjadi produk jadi, berpotensi mengangkat perekonomian masyarakat di masa pandemi. Selain itu, pemasaran melalui media daring seperti e-commerce dapat meningkatkan nilai tenun goyor agar lebih dikenal masyarakat,” pungkas Raka.
(Vitrianda Hilba Siregar)