HATI kita pilu, sedih dan histeris saat mendapatkan informasi jatuhnya pesawat SJY 182, semua orang berduka dan terus memantau update jatuhnya pesawat yang sempat terpantau radar di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Sabtu, (9/1/2021).
Simulasi proses jatuhnya pesawat yang beredar di media sosial membuat kita beristigfar, berfikir keras dan mengerutkan kening, apa yang sebenarnya terjadi atas jatuhnya pesawat dan dengan penerbangan kita ? Tanpa mencari kambing hitam tapi perlu solusi yang konstruktif untuk perbaikan penerbangan nasional.
Duka 62 keluarga korban adalah duka kita semua dan duka rakyat Indonesia, semua orang bersimpati atas tragedi ini, semua hanyut dalam kebersamaan doa, bermunajat agar semua korban husnul khotimah.
50 penumpang dan 12 Crew pesawat yang meninggal atas crash ini adalah guncangan duka yang hebat tidak hanya keluarga korban tapi juga dirasakan seluruh rakyat Indonesia, ditengah pendemi Covid-19 yang belum tuntas.
Tanggap, cepat, kerja keras dan tanpa kenal lelah, patut diberikan apresiasi bagi semua elemen yang terlibat dalam pencarian pesawat Sriwijaya air tanpa mengenal perbedaan strata sosial atau perbedaan politik apalagi perbedaan agama, semua bahu membahu mencari serpihan pesawat.
Respon nelayan dan warga kepulauan seribu yang memberikan informasi pertama kali dan membantu pencarian, menguatkan kita bahwa ini adalah empati dan simpati tanpa melihat strata sosial.
Berkat itu, tugas Basarnas yang terdiri atas angkatan laut, udara, kepolisian, semua elemen dan warga sekitar lebih mudah mencari titik jatuhnya pesawat dan benar saja, tak kurang satu hari, (10/1) tim pencari akhirnya menemukan serpihan SJY 182 dan posisi titik blackbox pesawat.
Doa tak henti-henti terus dipanjatkan, hingga kini. Empati dan simpati bagi keluarga korban terus mengalir.