DEPOK – Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) menggandeng Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) untuk membangun rumah susun (rusun) mahasiswa. Nantinya, fasilitas tersebut dapat disewa murah oleh mahasiswa PNJ sehingga tidak perlu membayar mahal untuk rumah kos.
Bangunan tiga lantai tersebut diperkirakan mampu menampung sedikitnya 220 mahasiswa. Luasnya mencapai 1.043 meter persegi.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pekerjaan Umum yang telah memberikan bantuan kepada PNJ dalam membangun rusunawa tahap kedua. Tahap pertama sudah dibangun dari Kementerian PUPR," ujar Direktur PNJ, Abdillah saat peletakan batu pertama Rusun di Beji Timur, Depok, Rabu (6/4/2016).
Dia menambahkan, PNJ akan menerima gedung dan isinya. Menurut Abdillah pembangunan yang dilakukan itu bukan ilegal, sehingga jika ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dapat berpikir panjang.
"Tidak ada keuntungan yang kami dapat terkecuali keuntungan akhirat, kami juga yakin dari Kementerian PUPR demikian. Apa yang dilakukan ini untuk membantu bangsanya sendiri bagaimana meningkatkan taraf hidup dan pendidikan sehingga dapat berjalan lancar," paparnya.
Abdillah menyebut, untuk membangun proyek itu, Kementerian PUPR menggelontorkan anggaran Rp11,5 miliar hingga rampung. "Kami coba hitung-hitung, kalau bisa mahasiswa sewa. Karena ketika uang itu masuk, kami setorkan ke kas negara, karena ini Satker. Selain itu karena ada anggaran PNBP kami bisa menggunakan untuk kegiatan lain yang lebih produktif," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, jumlah mahasiswa PNJ saat ini mencapai 7.500 orang. Untuk mahasiswa yang nantinya tinggal di rusun itu, pihaknya akan melakukan seleksi.
Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Provinsi Jawa Barat Kementerian Perumahan Rakyat, Priyo Susilo mengatakan pihaknya akan melengkapi rusun tersebut dengan berbagai perlengkapan seperti lemari dan tempat tidur. Pembangunannya, kata dia, hanya membutuhkan waktu enam bulan.
"Mahasiswa tinggal di sini hanya tinggal bawa bantal dan sprei. Kami pastikan akhir tahun sudah bisa dihuni mahasiswa. Kami juga ingin agar pihak kampus memanfaatkan gedung ini sebagai sarana riset misalnya menjadi green building dengan solar system. Lalu kalau bisa namanya diubah jadi dormitory sebab mahasiswa biasanya gengsi kalau disebut tinggal di rusun," tutupnya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)