MALANG - Sekolah dasar negeri (SDN) Tulusrejo 4 Kota Malang hanya mendapat dua orang siswa saja di Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Lokasi sekolah yang berada di permukiman padat penduduk, serta adanya SDN lain yang berdekatan diduga menjadi penyebab minimnya siswa yang masuk.
Dari pantauan di sekolah, memang suasana sekolah cukup lengang. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kelas I yang baru di hari ketiga hanya diikuti satu siswa saja, karena satu siswa lainnya tidak masuk dengan alasan sakit. Siswa itu terlihat mengenakan pakaian olahraga dari TK-nya.
Alhasil kegiatan MPLS satu siswa itu digabung dengan aktivitas pengenalan bersama 47 siswa keseluruhan dari kelas 1 - 6. Para siswa itu dikumpulkan untuk diberikan edukasi oleh salah satu guru di ruangan kelas V, meskipun aktivitas belajar mengajar belum dimulai.
Kepala SDN Tulusrejo 4 Purnomo Sigit menuturkan, tahun ini memang sekolahnya hanya mendapatkan dua siswa dari PPDB yang dibuka. Dimana memang kejadian minimnya jumlah siswa itu mengulang penerimaan siswa baru pada tahun 2023 dengan menerima tiga siswa saja.
"Kami di sini mulai Februari baru pertama kali masuk ke sini. Karena sekarang serba virtual, maka kami mencari siswa juga secara virtual. Tapi kami terkendala websitenya itu, namanya benar SDN Tulusrejo 4, tapi logonya pakai SDN Tulusrejo 3," kata Purnomo Sigit, ditemui di ruang kerjanya Rabu (16/7/2025).
Menurutnya, ketiadaan informasi dari virtual menjadi salah satu pendorong sekolahnya kurang diminati masyarakat. Hal ini ditambah masyarakat sekitar sekolah berusia lanjut, sedangkan usia-usia produktif atau rumah tangga muda rata-rata berada di luar kota semuanya.
"Di sini 80 persen itu usianya sudah tua atau memasuki masa pensiun, yang muda-muda itu sudah pindah. Makanya jarang ada anak kecil di sekitar sini. Terus di sekitar sini ada dua sekolah SDN Tulusrejo 1 dan 3 yang berdekatan," ucapnya.
Sejumlah faktor itulah yang ia duga menjadi penyebab sulitnya mendapatkan siswa. Apalagi kejadian kesulitan mendapatkan siswa pernah dialami di tahun 2023 dengan hanya menerima tiga siswa baru saja.
"Total siswa kami ada 47, gurunya 6, 11 semua sama penjaga dan tenaga perpustakaan. Yang kelas 2 ada 11 siswa, tahun sebelumnya yang sekarang kelas 3 itu cuma tiga siswa, tapi pembelajaran tetap jalan seperti biasa," ujarnya.
Justru kata Sigit, minimnya siswa membuat guru dan siswa bisa lebih fokus. Para siswa bisa mendapatkan perhatian ekstra dari guru, sehingga lebih mudah ditangani dan dibimbing.
"Ada plusnya dengan siswa sedikit gurunya banyak pendekatannya lebih intensif ngajarnya, lebih enak kan lebih perhatiannya kalau yang masuk sedikit. Cuma memang biasanya kalau siswanya sedikit dana BOS-nya kurang," terangnya.
(Khafid Mardiyansyah)