MALANG - Ratusan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berdemonstrasi menyoroti kenaikan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT). Para mahasiswa ini melakukan aksinya di dalam kampus di area Gedung Rektorat Universitas Brawijaya (UB).
Para mahasiswa bergerak berjalan kaki melakukan aksinya dari area kantin CL ke depan Gedung Rektorat Universitas Brawijaya, pada Rabu siang (22/5/2024).
Selama berjalan kaki itulah massa aksi tak henti-hentinya meneriakkan yel-yel mengecam kebijakan kenaikan UKT yang dilakukan pihak rektorat.
Setibanya di lobi depan Gedung Rektorat UB, massa sudah dihadang oleh belasan petugas keamanan dan terus berorasi. Bahkan massa juga membawa sebuah poster kecil bertuliskan 'orang miskin dilarang kuliah', dengan foto Rektor Universitas Brawijaya Prof Widodo.
Suasana demonstrasi sempat tegang dan mencekam, saat pihak rektorat yakni Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan Sumber Daya Universitas Brawijaya, Prof Muhammad Ali Safaat tak juga menemui massa aksi demostran.
Massa sempat terlibat aksi saling dorong dengan petugas keamanan. Teriakan umpatan juga mengiringi aksi meminta pihak rektorat dalam hal ini Wakil Rektor II bisa turun menemui para mahasiswa.
Setelah nyaris setengah jam akhirnya Wakil Rektor II menemui para demonstran. Di hadapan Prof. Ali Safaat, massa menyampaikan tuntutannya agar Rektorat UB mau mendampingi mahasiswanya untuk beraudiensi dengan pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek).
"Kami mendesak untuk rektorat juga membersamai kami untuk mendesak Kemendikbud. Sehingga kami akan mengeskalasikan dalam kampus dalam bantuan keuangan. Kedua kita akan mengekskalasikan secara nasional," ucap Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) Satria Naufal Putra Ansar di sela-sela demonstrasi.
Pihaknya tengah berkomunikasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), untuk melakukan konsolidasi dan koordinasi, secara nasional guna menyampaikan tuntutannya ke Kemendikbudristek.
"Secepatnya kita akan berkoordinasi menyentuh di nasional untuk, Permendikbud langsung. Kemudian kita mengeskalasikan secara nasional untuk aksi di Jakarta," ujarnya.
Di sisi lain, Wakil Rektor II UB Prof Muhammad Ali Safaat menyebut, ada beberapa permintaan tuntutan mahasiswa yang akan diakomodir pihak rektorat. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang sudah mengajukan keringanan UKT, dan itu sudah menjadi bagian dari tuntutan mahasiswa.
"Tentu kita menghargai, itu adalah hak mahasiswa melakukan aksi, mengkritisi kebijakan yang ada, dan itu juga eskalasi secara nasional. Tentu saja ada hal - hal yang bisa kita penuhi, karena itu kan sifatnya banyak tuntutan," ungkap Ali Safaat.
(Dani Jumadil Akhir)