Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Atasi Krisis Minyak, Profesor ITS Dorong Pemanfaatan Hilirisasi Batu Bara

Adzira Febriyanti , Jurnalis-Senin, 08 Januari 2024 |15:15 WIB
Atasi Krisis Minyak, Profesor ITS Dorong Pemanfaatan Hilirisasi Batu Bara
Profesor ITS Dorong Pemanfaatan Hilirisasi Batu Bara (Foto: Dokumen ITS)
A
A
A

JAKARTA - Krisis minyak akibat peningkatan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) mendorong adanya produksi sumber daya alternatif.

Beranjak dari hal tersebut, Profesor ke-193 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Dra Yulfi Zetra MSc menginovasikan pengoptimalan pemanfaatan batu bara melalui hilirisasi batu bara padat menjadi cair dan sintesis bioaditif pada bahan bakar fosil bersulfur rendah.

Guru Besar Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ITS tersebut menyebutkan bahwa tingkat impor bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin meningkat. Padahal, sebenarnya Indonesia masih banyak memiliki sumber daya selain minyak bumi.

“Salah satu alternatifnya adalah batu bara yang dapat diolah hingga memiliki kemiripan sifat dengan minyak bumi,” ungkap Yulfi dalam keterangan resmi ITS, Jakarta, Senin (8/1/2024).

Dia pun menjelaskan bahwa pengolahan batu bara berpotensi menjadi alternatif bahan bakar minyak setelah melalui proses pencairan. Pencairan tersebut merupakan upaya untuk memecah makromolekul batu bara padat menjadi cair hingga memiliki rasio hidrogen per karbon yang mendekati minyak fosil. Setelah proses yang disebut hidrogenasi tersebut, akan diperoleh batubara dengan rasio hidrogen per karbon berkisar 1,2 - 1,8 dari yang semula hanya sebesar 0,3 – 0,9.

Lebih lanjut, Yulfi mengulas proses hidrogenasi dimulai dari mempersiapkan materi yang akan diolah dengan cara menghancurkan batubara hingga menjadi partikel-partikel kecil dengan ukuran 200 mesh atau setara 0,074 milimeter. Setelahnya, partikel tersebut akan dicampurkan dengan beberapa zat, di antaranya adalah pelarut minyak berat, katalis limonit SH, serta katalis belerang dan gas hidrogen.

Campuran tersebut dimasukkan ke dalam reaktor pencairan batubara dan akan direaksikan pada suhu 450 derajat celsius dan tekanan sebesar 120 megapascal. Setelah melewati proses ini selama 60 menit, akan dihasilkan produk batubara yang memiliki rasio hidrogen per karbon yang diharapkan. Selanjutnya, produk tersebut melewati proses distilasi fraksinasi pada suhu didih mulai 30 - 538 derajat celsius untuk mendapatkan beberapa fraksi, yakni nafta, Light Oil (LO), Middle Oil (MO), dan Heavy Oil (HO).

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement