JAKARTA - Para ilmuwan berhasil mengidentifikasi resep kuno aromatik yang mengawetkan seorang wanita bangsawan Mesir yang dimumikan sekitar tahun 1450 SM. Peneliti dengan cermat menemukan aroma keabadian pada mumi.
Kemajuan dalam teknologi analisis kimia memungkinkan deteksi zat individu dalam residu balsem dari stoples kanopi yang pernah ditutup rapat untuk menyimpan organ mumi. Di Mesir kuno, mumifikasi adalah bentuk seni terbaik untuk mengawetkan orang-orang tersayang selama hampir 4000 tahun, bagian dari praktik penguburan rumit yang kita ketahui berkat artefak yang ditinggalkan.
BACA JUGA:
Meskipun teks-teks Mesir kuno sangat menarik, hanya ada sedikit sumber tertulis yang membahas proses sakral ini. Dan sumber-sumber tersebut membuat kita tidak mengetahui secara spesifik resepnya.
"Aroma keabadian mewakili lebih dari sekedar aroma proses mumifikasi,” kata arkeolog Barbara Huber dari Institut Geoantropologi Max Planck Jerman dilansir dari Science Times, Sabtu (2/9/2023).
“Ini mewujudkan kekayaan budaya, sejarah, dan spiritual yang penting dari praktik kamar mayat Mesir Kuno," katanya.
BACA JUGA:
Mumi tersebut menjabat sebagai pengasuh Firaun Amenhotep II, status elit wanita bangsawan ini terlihat dari gelarnya 'Hiasan Raja' dan kehadirannya di makam kerajaan di Lembah Para Raja. Hal ini juga terlihat dari kerumitan balsem yang mengawetkan organ tubuhnya dalam empat toples terpisah.
Dinamakan Senetnay, sosok kuno tersebut telah menimbulkan misteri yang menunggu untuk diungkap sejak toples tersebut digali pada tahun 1900 M. Huber dan rekannya menggunakan kombinasi kromatografi gas dan spektrometri massa untuk memeriksa enam sampel balsem dari dua toples, yang pernah menyimpan Senetnay's.
Hasilnya menunjukkan balsem memiliki komposisi yang lebih rumit dibandingkan balsem yang digunakan pada mumi lain pada periode waktu yang sama. Lilin lebah, minyak nabati, kaya lemak hewani, aspal alami, dan resin yang bersumber dari pohon jenis konifera, menurut Huber dan tim, adalah rahasia mumi yang terpelihara dengan baik. Dalam aroma aromatik, mereka juga menemukan kumarin, senyawa yang bersumber dari tumbuhan yang memberikan aroma seperti vanila yang menyenangkan pada campurannya.
“Analisis sebelumnya menunjukkan bahwa balsam mumifikasi Mesir kuno mengandung bahan-bahan yang terbatas sebelum Periode Menengah Ketiga (c. 1000 SM), menjadi lebih kompleks seiring berjalannya waktu,” tulis para penulis.
BACA JUGA:
Tim juga menemukan keragaman rasio zat di setiap toples yang menampung organ Senetnay. Dan toples yang menampung paru-paru Senetnay berisi dua bahan yang tidak ditemukan di satu sama lain, minuman unik yang menunjukkan bahwa ramuan tersebut disesuaikan dengan organ masing-masing.
(Marieska Harya Virdhani)