Share

Kolaborasi Dosen UB dan Petani Muda Implementasikan Teknologi IoT untuk Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Avirista Midaada, Okezone · Selasa 13 Desember 2022 12:07 WIB
https: img.okezone.com content 2022 12 13 65 2726089 kolaborasi-dosen-ub-dan-petani-muda-implementasikan-teknologi-iot-untuk-tingkatkan-produktivitas-pertanian-GPpWkDnkRh.jpg Dosen UB berkolaborasi dengan petani muda untuk implementasikan teknologi IoT untuk tingkatkan produkitvitas pertanian/Avirista Midaada

KOTA BATU - Universitas Brawijaya (UB) melalui program doktor mengabdi menggandeng petani muda untuk mengembangkan teknologi Internet of Thing (IoT) untuk sektor pertanian.

Penggunaan teknologi ini diinisiasi tim dosen dari Universitas Brawijaya lintas fakultas, yang terdiri dari Muhammad Aziz Muslim Ph.D dan Dr. Raden Arief Setyawan dari Fakultas Teknik (FT), Dr. Rosihan Asmara dari Fakultas Pertanian (Faperta), Achmad Basuki Ph.D dari Fakultas Ilmu Komputer (FIK), serta Agung Nugroho Lutfi dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA).

Kolaborasi dosen lintas fakultas ini membuat percontohan pengembangan sistem pertanian secara digital, dengan penerapan teknologi IoT, bagi greenhouse di lokasi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Bumiaji Sejahtera, Kota Batu.

Di lokasi ini pengembangan pertanian jambu kristal dan melon.

Tak hanya itu, tim dosen ini juga memberikan pelatihan kepada petani, tentang penerapan IoT di bidang pertanian dengan workshop hands-on menggunakan modul ESP32 dengan sensor kelembaban tanah, sensor suhu serta relay untuk mengaktifkan pompa.

Ketua P4S Bumiaji Rakhmat Hardiyanto mengatakan, kecanggihan teknologi saat ini memang sudah waktunya diterapkan di sektor pertanian.

Follow Berita Okezone di Google News

Hal ini agar cara kerja petani lebih efektif dan efisien, serta mengontrol kualitas produk pertanian.

"Kalau IoT untuk meningkatkan kualitas, kalau mesin vellor untuk produktivitas, men-develop mesin packing sampai pada sistem IoT, dari sebelumnya saya 40 kilogram sejam, otomatis kalau ibu-ibu yang kerja 8 jam dia hanya bisa maksimal 3,5 kwintal," ucap Rakhmat, pada Selasa pagi (13/12/2022).

Namun ketika telah memakai mesin dengan sistem IoT ini penggunaan selama 1,5 jam bisa mencapai 150 kilo, untuk pengemasannya.

Artinya membiasakan orang dengan target industri, dari sebelumnya petani biasa mereka akhirnya mulai terbiasa dengan sistem industri.

"Sehingga efisiensi waktu kalau permintaan kami sampai sekian ton, kalau manual kalah bersaing, kapan mengisi gerai. Ini prototipe, bisa diskala besarkan. Intinya adalah dengan program doktor mengabdi ini dapat benefit yang luar biasa sehingga dapat memberdayakan masyarakat di sini," bebernya.

Di sisi lain, Muhammad Aziz Muslim selaku ketua Tim DM UB, kelompok ini mencoba membuat suatu sistem percontohan implementasi teknologi di bidang pertanian.

Sistem ini berupa perangkat IoT yang diimplementasikan pada greenhouse, untuk mengendalikan berbagai parameter seperti penyiraman, pengaturan kelembaban, pengaturan pH pupuk, kadar CO, TDS, dan lain-lain.

"Perangkat ini secara otomatis mengendalikan kondisi greenhouse sesuai dengan konfigurasi yang ditentukan oleh petani. Diharapkan dengan adanya system IOT di P4S ini dapat memberikan demonstrasi dan percontohan bagi petan muda tentang penerapan teknologi di bidang pertanian," ungkap Muhammad Aziz.

Dengan penerapan teknologi digital menggunakan IOT, imbuh Aziz, mekanisasi pertania dapat dikendalikan oleh perangkat smartphone yang sangat dekat dengan generasi muda.

"Sehingga diharapkan minat generasi muda untuk menggeluti dunia pertanian semakin meningkat," katanya.

Apalagi dari data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) hanya 12 persen petani yang berusia di bawah 34 tahun.

Padahal matapencaharian sebagai petani ini amat penting untuk diregenerasi demi kelangsungan hidup manusia.

"Sayangnya regenerasi pekerja bidang pertanian di Indonesia saat ini berjalan sangat lambat. Sebagian besar pekerja di bidang pertanian berusia lebih dari 44 tahun. Survey BPS pada tahun 2018 menunjukkan bahwa hanya 12 persen petani yang berusia dibawah 34 tahun," paparnya.

Data tersebut menunjukkan tidak banyak penduduk Indonesia yang berminat untuk bertani dan stereotip bertani itu kotor dan pekerjaan yang berlumpur.

Namun di sisi lain, penerapan teknologi digital di dunia pertanian semakin berkembang.

"Implementasi teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi dalam dunia pertanian. Namun penerapan teknologi tersebut di Indonesia masih sangat terbatas," tandasnya.

1
3
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini