JAKARTA - Burung Hooded Pitohui adalah satu-satunya spesies burung beracun yang ada di dunia.
Burung tersebut berasal dari Papua Nugini dan cukup banyak tersebar di wilayah Papua.
Belakangan ini, burung tersebut menjadi perbincangan hangat banyak orang. Hal ini karena Hooded Pitohui dinyatakan sebagai burung beracun pertama di dunia.
Tidak hanya itu, burung dengan warna perpaduan hitam dan cokelat tua ini menjadi satu-satunya yang paling beracun setelah dikonfirmasi secara ilmiah.
Burung ini juga dikenal sebagai spesies yang dijauhkan oleh orang-orang Melanesia di Papua Nugini.
Untuk mengenal lebih lanjut, inilah 5 fakta burung Hooded Pitohui seperti dirangkum dari berbagai sumber:
1.Satu-Satunya Genus Burung yang Beracun di Dunia
Fakta menyebutkan bahwa burung Hooded Pitohui ini adalah satu-satunya genus burung beracun di dunia.
Setidaknya, ada tiga spesies dari burung ini yang mempunyai racun sangat luar biasa pada kulit dan bulu mereka.
Hooded Pitohui dan Variabel adalah jenis burung yang paling mematikan dari ketiganya. Masyarakat ras Melanesia yang ada di Papua Nugini telah mengetahui bahwa burung ini sangat unik, sehingga sejak dahulu mereka sudah sepakat untuk selalu menjaga jarak dari burung Hooded Pitohui.
Sebab, potensi racun yang dimiliki oleh burung ini secara kebetulan sudah ditemukan lebih dari tiga dekade lalu.
2. Gigitan Beracun
Lewat penemuan ahli burung Jack Dumbacher di Pulau Pasifik tahun 1990 silam, masyarakat mulai mengetahui potensi racun yang dimiliki burung ini.
Ketika itu, Dumbacher tengah memasang jaring kabut halus di antara pohon untuk menangkap burung Cendrawasih.
Tapi, ia juga menangkap Hooded Pitohui di dalamnya. Ketika ingin mengeluarkan burung itu dari perangkap, burung tersebut malah mengamuk dan menggigit jarinya.
Secara reflek, pria itu langsung mengemut jarinya yang merasa kesakitan. Beberapa detik kemudian, Dumbacher merasa lidahnya mati rasa.
Bahkan, ia merasa bagian tersebut seperti terbakar selama berjam-jam. Beruntung, ia menyadari bahwa burung itu beracun dan segera mengambil bulu Pitohui untuk memasukkan ke dalam mulutnya sebagai penawar.
Rasa sakit tersebut akhirnya cepat pulih. Saat itu juga, ia menyadari bahwa sudah menemukan burung beracun pertama di dunia.
3. Tubuh Dipenuhi Racun
Kulit dan bulu dari burung Hooded Pitohui ini mengandung alkaloid neurotoksik kuat dari kelompok batrachotoxin.
Kandungan tersebut bekerja untuk mengganggu aliran ion natrium lewat saluran saraf dan membran otot.
Ini diyakini menjadi salah satu metode pertahanan kimiawi dari burung kecil satu ini.
Kemungkinan besar, Pitohui tidak bisa menghasilkan batrachotoxin sendiri. Tapi, racun ini bisa berasal dari genus Choresine kumbang, bagian dari makanan burung. Sifat beracun dari burung ini tidak tercatat sampai tahun 1989.
Selain itu, Pitohui juga menyimpan racun pada bagian tulang dan organ internalnya. Itulah sebabnya, racun tersebut akan memberikan efek mati rasa, terbakar dalam konsentrasi rendah, kelumpuhan, diikuti serangan jantung dan kematian dalam konsentrasi yang lebih tinggi.
4. Menjadi Santapan Darurat Warga Papua
Walau beracun, burung yang satu ini ternyata dimakan oleh penduduk asli Papua. Tapi, mereka tetap memperingatkan untuk tetap berhati-hati saat mengonsumsinya, termasuk mengulitinya.
Bahkan, hanya dengan merebus kulit dalam air akan menghasilkan zat beracun. Burung ini dipilih sebagai santapan bila memang sudah tak ada lagi sumber makanan.
5. Memiliki Paruh dan Kaki yang Kuat
Masyarakat asli Papua memahami betul burung ini, bahkan saat dimasak pun akan mengeluarkan bau busuk.
Selain itu, burung ini juga mempunyai bentuk panjang sekitar 23 sentimeter dengan kaki dan paruh yang kuat.
Bulu burung ini cerah dengan warna peringatan merah hitam seperti katak.
Hooded Pitohui menjadi salah satu spesies yang berbahaya dengan Variable Pitohui toksisitas sedang dan Brown Pitohui paling tak berbahaya.
Hooded Pitohui yang berwarna cerah, dengan perut merah bata dan kepala hitam legam.
(Natalia Bulan)